3 Fase Perubahan Sosial dan Budaya - Guru Geografi
News Update
Loading...

Senin, Oktober 16

3 Fase Perubahan Sosial dan Budaya

Tidak ada satupun masyarakat yang tidak mengalami perubahan. Setiap masyarakat selalu dalam kondisi berubah yang tidak ada titik akhirnya. Yang membedakan antara masyarakat satu dengan lain hanya tingkat kecepatan dan arah perubahannya. 

Ada masyarakat yang berubah sangat cepat dan ada yang berubah sangat lambat. Demikian pula, ada masyarakat yang berubah ke arah kemajuan (progress) dan ada yang berubah ke arah kemundurun (regress) Perubahan masyarakat bisa menyangkut tentang kehidupan sosial dan kehidupan budaya.

Terdapat perbedaan antara perubahan sosial (social change) dengan perubahan kebudayaan (cultural change). Perubahan sosial merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial, sedangkan perubahan kebudayaan mencakup perubahan dalam segi budaya masyarakat. 

Perubahan sosial antara lain meliputi perubahan dalam segi distribusi kelompok usia, tingkat pendidikan, tingkat kelahiran penduduk, peran suami atau istri, rasa kekeluargaan, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, tingkat integrasi sosial, tingkat perceraian, tingkat bunuh diri, dan sebagainya. 
3 Fase Perubahan Sosial dan Budaya
Dunia terus berubah dengan cepat
Perubahan kebudayaan meliputi antara lain tujuh unsur kebudayaan seperti diurutkan oleh Koentjaraningrat yaitu: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem sosial kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, serta peralatan dan teknologi. 

Namun demikian antara konsep perubahan sosial dan perubahan kebudayaan saling tumpang tindih. Keduanya sulit dibedakan secara dikhotomis. Hampir semua perubahan besar mencakup aspek sosial dan budaya. Kedua konsep acapkali ditukarpakaikan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi di masyarakat.   

1.  Penemuan (Discovery)
            Menurut Horton dan Hunt (1992), penemuan merupakan persepsi manusia, yang dianut secara bersama, mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan merupakan tambahan pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. 

Penemuan menambahkan sesuatu yang baru pada kebudayaan karena meskipun kenyataan itu sudah lama ada, namun kenyataan itu baru menjadi bagian dari kebudayaan pada saat kenyataan tersebut ditemukan. 

Penemuan baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial bila hasil penemuan itu didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan baru dimanfaatkan untuk mengembangkan teknologi, biasanya disusul oleh perubahan besar.  Contoh: penemuan mesin uap menimbulkan revolusi industri di Inggris.

2.  Invensi
Menurut Horton dan Hunt (1992), invensi adalah suatu kombinasi baru atau cara penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Pada tahun 1895, misalnya, George Selden mengkombinasikan mesin gas cair, tangki gas cair,gigi persneling, tangkai kemudi, dan badan kereta, kemudian mempatenkan kombinasi itu sebagai mobil. 

Tidak satu pun dari semua benda itu yang baru diciptakan. Satu-satunya yang baru adalah penggunaan semua alat itu dengan cara menggabungkannya. Gagasan mengkombinasikan alat-alat untuk suatu kegunaan menyebabkan timbulnya sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Invensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: invensi material, misalnya penemuan baja yang merupakan hasil campuran antara besi dengan sejumlah kecil logam lainnya, dan invensi sosial, misalnya pemerintahan konstitusional dan perusahaan.

3.  Difusi 
Menurut Horton dan Hunt (1992), masyarakat yang paling inventifpun hanya menemukan sendiri sebagian dari seluruh inovasi di masyarakatnya. Kebanyakan perubahan sosial merupakan hasil  dari proses difusi, yaitu penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke kelompok lain. 

Difusi berlangsung baik di dalam masyarakat maupun antarmasyarakat. Misalnya, mode pakaian berbahan dasar batik. Awalnya diperkenalkan oleh kalangan artis ibukota kemudian menjadi trend mode yang menyebar ke seluruh Indonesia. 

Difusi terjadi ketika beberapa masyarakat saling berhubungan. Karena itu difusi merupakan proses dua arah. Unsur-unsur budaya tidak dapat menyerap tanpa adanya kontak tertentu antarmanusia dan kontak tersebut selalu melahirkan difusi pada kedua belah pihak. 

Difusi juga merupakan proses selektif. Sebuah masyarakat menerima beberapa unsur budaya dari masyarakat lain, dan pada saat bersamaan masyarakat itu menolak unsur-unsur budaya dari masyarakat lain itu. Misalnya, masyarakat Indonesia di satu sisi menerima demokrasi sebagai sistem politik, di sisi lain menolak budaya sex bebas.

Difusi biasanya juga disertai dengan modifikasi terhadap unsur-unsur serapan. Setiap unsur budaya memiliki prinsip, bentuk, fungsi, dan makna. Salah satu atau bahkan semua segi itu dapat mengalami perubahan ketika suatu unsur budaya diserap. 

Makanan cepat saji (fastfood), seperti ayam goreng, yang berasal dari Amerika Serikat ketika masuk ke Indonesia mengalami modifikasi dengan ditambahkan rasa pedas dan dihidangkan dengan nasi putih.  

Masyarakat juga dapat mengelak dari difusi dengan cara mengeluarkan larangan dilakukannya kontak dengan masyarakat lain, misalnya suku Badui di Banten.

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close