Terbentuknya Hindia Belanda dan Politik Penjajahan - Guru Geografi
News Update
Loading...

Jumat, Oktober 6

Terbentuknya Hindia Belanda dan Politik Penjajahan

Sebelum Indonesia ini ada nama Hindia Belanda adalah asal mula negara ini. Setelah VOC jatuh, pemerintah kerajaan Belanda mengambil alih kekuasaan VOC terutama kepulauan Indonesia. 

Hal ini merupakan politik penjajahan Belanda pada masa lalu. Untuk menangani peralihan kekuasaan dan menghadapi ancaman invasi Inggris, Louis Napoleon mengangkat Herman William Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.

Daendels menyusun kembali sistem pemerintahan dan kekuatan pertahanan di Hindia Belanda. Ia menerapkan tiga kebijakan Daendels yaitu:
a. membangun sebuah birokrasi dan tentara yang profesional, meniru Revolusi Perancis.
b. mengubah sistem politik tradisional.
c. melakukan pengerahan tenaga milisi (wajib militer).

Daendels juga membagi Pulau Jawa ke dalam daerah prefektur, lalu para bupati dijadikan pegawai pemerintah kolonial. Namun masa pemerintahan Daendels juga tidak lama. 

Ia digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Jansens dan harus menyerahkan kepulauan Indonesia kepada Inggris.
Terbentuknya Hindia Belanda dan Politik Penjajahan
Gubernur Jenderal Daendels
Pemerintahan Kolonial Inggris yang dipimpin Letnan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811-1816) menerapkan beberapa kebijakan baru. Sama dengan sikap Daendels, Raffles berpandangan bahwa masyarakat di Pulau Jawa harus diubah. 

Ia menghapus aturan yang mewajibkan para petani menyerahkan hasil bumi kepada para bupati dan meniadakan kerja paksa.

Sebagai gantinya, ia menjadikan para bupati sebagai perpanjangan tangan pemerintah kolonial. Raffles juga menetapkan semua tanah adalah milik pemerintah sehingga rakyat wajib membayar sewa tanah langsung kepada pemerintah Inggris melalui para bupati.

Beberapa tahun kemudian terjadi perubahan situasi politik di Eropa. Napoleon Bonaparte di Perancis mengalami kekalahan dan menjalani pengasingan.

 Akibatnya kerajaan Belanda lepas dari kekuasaan Perancis dan memperoleh kembali kepulauan Indonesia sebagai daerah jajahan. Raffle slalu menjadi pejabat kolonial biasa.

Berdasarkan Konvensi London, Raffles menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah Belanda di Bengkulu pada 1814. Lalu mendapat Pulau Tumasik yang kemudian dibangun menjadi kota Pelabuhan perdagangan transit dan kini menjadi Singapura.

Setelah menerima kembali kepulauan Indonesia dari Inggris, pemerintahan kolonial Belanda segera mengatur kekuasaannya. Komisaris Jenderal yang pertama terdiri dari G.P.J. Elout, A.A. Buyskes, dan Van der Capellen (1816-1819) yang bertugas memulihkan keadaan. 

Tugas itu kemudian dilanjutkan oleh para gubernur jenderal yang diangkat untuk memerintah daerha jajahan yaitu can der Capellen dan Du Bus de Gisiguies. Pemerintah kolonial Belanda memusatkan perhatian pada pemulihan dan penataan kembali kekuasaannya di Jawa. 

Mereka juga mengirim sejumlah utusan ke berbagai wilayah Hindia Belanda untuk memperbaharui perjanjian yang berisi pengakuan terhadap kekuasaan kolonial Belanda.

Struktur pemerintahan di bawah Hindia Belanda dibagi menjadi dua yaitu Europesche Bestuur (jajaran pemerintahan dalam negeri Eropa) dan Inlandsche Bestuur (jajaran pemerintahan pribumi). 

Penguasa tertinggi Eropa adalah Gubernur Jenderal. Ia dibantu oleh Dewan Hindia yang berfungsi sebagai penasehat dan membawahi beberapa departemen. Wilayah jajahan dibagi atas beberapa propinsi dan residensi. 

Para residen terkadang dibantu oleh para asisten residen membawahi para controleur yang menjadi pelaksana lapangan. Sementara struktur pemerintahan pribumi diisi oleh bupati yang kedudukannya sejajar dengan controleur. 

Dibawah kedudukan bupati ada wedana dan camat yang membawahi para kepala desa. Pola pemerintahan ini merasuk hingga ke pemerintahan daerah di luar pulau Jawa walau terjadi sedikit penyesuaian.
Terbentuknya Hindia Belanda dan Politik Penjajahan
Tanam paksa era kolonial
Para penguasa pribumi saat itu mengalami penurunan jabatan dan wilayah kekuasaan mereka berkurang karena mereka menjadi perpanjangan tangan pemerintah penjajah. Dilain pihakn kedudukan para penguasa pribumi menjadi lebih kuat karena didukung oleh kekuatan militer kolonial yang lebih modern. 

Pasukan keamanan pemerintah kolonial kerap membantu para bupati dalam memadamkan sejumlah pergolakan dan perlawanan yang muncul di tengah masyarakat. Sasaran ketidakpuasan masyarakat sebenarnya leibih tertuju pada kebijakan pemerintahan kolonial.

Ketika menjabat sebagai gubernur jenderal di Hindia Belanda, Van der Capellen berusahan mencari uang sebanyak mungkin untuk membayar hutang Belanda saat perang di Eropa.

Salah satu kebijakannya adalah menyewakan tanah pada pengusaha Eropa. Usaha Capellen dilanjtukan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch yang menerapkan sistem cultuur stelsel atau tanam paksa.
Gambar: disini, disini

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close