Guru Geografi | Blog Guru Geografi Milenial
News Update
Loading...

Featured

[Soal Geografi][recentbylabel]

Kamis, November 30

Supervisi Akademik di Indonesia Versus di Luar Negeri

Supervisi Akademik di Indonesia Versus di Luar Negeri

Pagi ini saya teringat sekitar sepuluh tahun lalu saat di sekolah tempat mengajar kedatangan tamu dari luar negeri, seorang guru juga.

Kami semua guru dikumpulkan untuk sharing bersama. Dalam kegiatan tersebut, guru dari luar negeri tersebut menampilkan video saat supervisi kelas dilakukan.

Lalu apa yang terjadi di video tersebut?. Sekolah mengundang orang tua siswa untuk masuk ke kelas melihat proses pembelajaran?.

Lalu bagaimana gurunya?. Ya gurunya biasa saja, kan sudah menyiapkan materi sebelumnya. Kan kualitas guru Indonesia beda dengan negara lain?. Nah kalau ini kita bahas di lain waktu. Lantas apa yang dinilai saat kegiatan supervisi tersebut?.

Ternyata kepala sekolah mengundang orang tua untuk melihat bagaimana proses belajar anaknya, bukan untuk menilai guru!. Catat ya, fokus utama adalah ke anak di kelas.

Jadi selama belajar, orang tua juga mengamati anaknya masing-masing, apa yang mereka lakukan. Semua berjalan biasa saja dan tidak ada hal aneh, tegang atau apa gitu.

Selepas kegiatan belajar lalu akan ada evaluasi. Apanya yang dievaluasi?. Bukan gurunya, tapi perilaku siswa di kelas. Mengapa ada anak yang diam, gak diam atau lainnya lah gitu ya.

Dari pengamatan fenomena kelas tersebutlah kepala sekolah dan guru kemudian merumuskan bersama strategi belajar di pertemuan berikutnya.

Lalu orangtua bagaimana?. Biasa saja, tidak ada intimidasi atau apa gitu, bahkan merek jadi tahu pola anak saat di kelas. Di rumah mereka akan diingatkan lagi oleh orang tuanya terkait kegiatan belajar. Tapi mungkin ini berkaitan pula dengan pola pikir masyarakat negara maju. Kalau di negara kita mungkin bisa lain cerita lah ya. Ada banyak faktor pembeda yang bisa dikaji terutama budaya.

Nah jadi itulah nilai yang say bisa ambil dari kegiatan sharing dengan guru luar tersebut, menambah perspektif baru tentang pendidikan. Jika di Indonesia seringkali supervisi itu sering dicap sebagai ajang "menilai guru" "menghakimi guru", padahal bukan itu esensi nya.

Lembaga pendidikan yang masih memiliki mindset seperti itu perlu berbenah diri, dan mengubah strategi sekolah agar kultur pendidikan menjadi lebih baik.

Budaya menghakimi terasa kental di Indonesia, contoh saja terlihat di medsos saat mengkritik tulisam sesorang yang bisa sampai di luar batas kewajaran.

Maka tak heran kalau di dunia pendidikan masih ada label seperti itu maka goal nya di masyarakat akan sama juga. Jadi mari ambil pelajaran dari negara maju yang baik dan kita adopsi ke kegiatan pendidikan di sekolah agar pendidikan lebih humanis untuk semua.

Jadi bagaimana bapak ibu guru, siap mengundang orang tua masuk ke kelas kalian?.

Agnas Setiawan, Guru Geografi, CEO gurugeografi.id

Rabu, November 29

Menanamkan Growth Mindset Dibandingkan Fixed Mindset Kepada Siswa

Menanamkan Growth Mindset Dibandingkan Fixed Mindset Kepada Siswa

Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal istilah pedagogi. Waktu saya kuliah di fakultas pendidikan, dosen mengajarkan tentang konsep dasar pedagogi. Pedagogi adalah pada dasarnya ilmu tentang bagaimana melakukan pembelajaran kepada anak dari awal sampai akhir.

Seorang guru penting memahami pedagogi sebelum masuk ke lingkungan sekolah karena jika tidak ia akan marah-marah saat melihat kelakuan anak yang bervariatif dan kadang menjengkelkan.

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel yang memuat tentang perbedaan antara growth mindset dan fixed mindset. Saya tertarik lalu membaca perlahan dan di pikiran saya saat itu adalah materi ini akan saya sampaikan ke siswa di kelas.

Fixed mindset adalah sebuah pola pikir statis dimana seseorang sudah merasa nyaman dengan kemampuannya sehingga ia tidak merasa ingin lagi menambah dan mengupgrade ilmunya. Ia sudah terjebak dalam kondisi yang "sudah bisa semuanya". Dia merasa sudah puas dengan level tersebut meski levelnya masih dangkal secara teori misalnya.

Sementara itu growth mindset adalah pola pikir kebalikan dari fixed mindset. Seseorang akan terus berusaha berjuang memperbaiki sesuatu meski ia tahu bahwa itu berat. Growth mindset akan membuat seseorang terus berusaha sampai titik darah terakhir.

Dalam sebua penelitian (lupa nama jurnalnya) diketahui bahwa kelompok yang memiliki growth mindset di akhir eksperimen justru memiliki nilai atau kemampuan yang lebih baik daripada kelompok yang fixed mindset.

Hal ini membuktikan bahwa kegigihan, melawan rasa malas, daya juang dapat merubah takdir seseorang. 

Seseorang hanya perlu berusaha untuk sabar dan terus saja berlatih meskipun tidak tahu kapan ia akan bisa. Batu yang keras pun jika ditetesi air selama betahun tahun pasti akan mengalami erosi.

Itu pula yang terjadi pada manusia. Siswa tidak hanya dibekali pengetahuan kognitif namun harus memahami prinsip, filosofi hidup dan mengapa sebenarnya ia harus belajar?. Apakah hanya untuk mendapatkan angka nilai semata?.

Jadi sebagai guru dan orang tua, kiranya perlu kita tanamkan growth mindset baik di rumah maupun di sekolah agar anak terus menerus berusaha untuk memperbaiki diri dan berjuang mendapatkan ilmu untuk dapat bertahan hidup di era dengan kompleksitas tinggi saat ini.

Agnas Setiawan. Guru Geografi Indonesia.

Selasa, November 28

Materi OSN Geografi: Konsep Neo-Determinisme dan Contohnya

Materi OSN Geografi: Konsep Neo-Determinisme dan Contohnya

Konsep neo determinisme adalah suatu pandangan dalam ilmu geografi yang mengakui adanya pengaruh lingkungan alam terhadap manusia, namun tetap memberikan penekanan pada peran manusia dalam menentukan nasibnya sendiri. 

Neo determnisme dikemukaan oleh geografer Australia Griffith Taylor. Konsep ini merupakan jalan tengah dari konsep determinisme dan possibilisme.

Manusia dapat mengubah lingkungan melalui berbagai inovasi dan kegiatan atau dapat melakukan semua hal yang tidak mungkin terjadi secara alami di lingkungan. Jadi kita mengikuti aturan lingkungan agar bencana tidak terjadi karena kerakusan manusia.

Dalam konteks ini, neo determinisme mencoba untuk menyeimbangkan antara determinisme yang lebih tradisional yang menekankan pengaruh sepenuhnya dari lingkungan terhadap perkembangan manusia dan pendekatan yang lebih humanistik yang menekankan peran aktif manusia dalam membentuk lingkungan dan peradaban.

Contoh neo determinisme dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai aspek, seperti:

Pertanian:
Neo determinisme dapat dilihat dalam bagaimana manusia memanfaatkan dan mengelola lingkungan alam untuk pertanian. Meskipun kondisi alam seperti iklim dan tanah membatasi jenis tanaman yang dapat tumbuh, manusia dapat menggunakan teknologi dan praktik pertanian yang cerdas untuk meningkatkan hasil tanaman dan memaksimalkan potensi lingkungan tersebut. Sekarang kita mengenal sistem akuakultur, hidroponik, vertical farming dan lainnya.

Pembangunan Kota:
Dalam pembangunan kota, manusia mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan seperti topografi, iklim, dan sumber daya alam dalam merencanakan dan mengembangkan infrastruktur perkotaan. Namun, keputusan manusia dalam penggunaan lahan, desain arsitektur, dan pengelolaan sumber daya tetap memainkan peran krusial dalam membentuk perkembangan kota. Misalnya untuk menjaga keserasian dan ekosistem kota, kini kota-kota modern mulai membangun gedung dengan konsep hutan di dinding dan atapnya seperti di Singapura.


Manajemen Sumber Daya Alam:
Dalam konteks pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, air, dan energi, neo determinisme dapat terlihat melalui upaya manusia untuk menggabungkan pengetahuan ilmiah tentang ekologi dengan kebijakan yang berfokus pada keberlanjutan. Pengelolaan yang bijaksana dapat membantu manusia menjaga keseimbangan ekosistem dan memaksimalkan manfaat sumber daya alam.

Adaptasi terhadap Perubahan Iklim:
Dalam menghadapi perubahan iklim, neo determinisme menekankan bahwa meskipun manusia terpengaruh oleh perubahan iklim yang tak terhindarkan, mereka memiliki kemampuan untuk merancang strategi adaptasi dan mitigasi. Contohnya adalah pembangunan infrastruktur tahan bencana, penyesuaian pola tanam, dan inovasi teknologi yang dapat membantu manusia beradaptasi dengan perubahan iklim.

Dalam semua contoh di atas, meskipun kondisi lingkungan memberikan batasan atau menetapkan kerangka kerja, manusia memiliki peran aktif dalam mengelola, merancang, dan membentuk interaksi mereka dengan lingkungan alam. 

Neo determinisme mengakui bahwa manusia dapat memanfaatkan pengetahuan, teknologi, dan kreativitas mereka untuk mengoptimalkan potensi lingkungan alam, sambil tetap mempertimbangkan dampak dari keputusan mereka terhadap ekosistem global.
Esensi Manusia Sebagai Mahluk Tidak Tahu Diri Dalam Lingkungan

Esensi Manusia Sebagai Mahluk Tidak Tahu Diri Dalam Lingkungan

Beberapa bulan ke belakang kita semua menderita karena kemarau panjang dimana-mana dan terjadi gagal panen dan sumber air hilang. Berbagai linimasa mencatat hampir seluruh wilayah Indonesia terdampak akibat fenomena curah hujan sangat rendah tersebut.

BMKG sebagai otoritas paling terdepan dalam memberikan informasi kepada khalayak sudah mewanti-wanti akan datangnya kemarau panjang dikarenakan adanya anomali El Nino di Pasifik Timur.

El Nino sendiri adalah sebuah fenomena yang datang setiap 5-7 tahun sekali yang menyebabkan terjadinya fenomena cuaca lain di barat Pasifik atau Timur Pasifik. Menghangatnya perairan Pasifik di timur menyebabkan wilayah bagian barat akan mengalami defisit curah hujan.

Cuaca panas ekstrim terjadi di beberapa wilayah dan kota, membuat aktifitas manusia terganggu sampai di beberapa kota, air PDAM berhenti mengalir atau kotor. Akhirnya manusia menyerah dan di beberapa lokasi melakukan sholat istisqo meminta hujan kepada penguasa alam.

Bulan berganti dan angin muson barat kini mulai bergerak membawa awan-awan hujan masif ke Indonesia. Hasilnya di beberapa daerah yang tadinya kekeringan kini berubah menjadi berlimpah air karena curah hujan tinggi bahkan disertai petir.

Beberapa waktu lalu bahkan ada postingan di medsos terkait banjir yang melanda salah satu wilayah di Jawa Barat karena curah hujan yang sangat tinggi.

Tak ayal manusia pun bingung, kemarin diberi cuaca kering esktrim protes, sekarang diberi hujan berlimpah pun protes. Lalu maunya manusia itu apa?.

Perlu dipahami bahwa fenomena meteorologis adalah sesuatu yang umum terjadi di berbagai belahan dunia. Persoalan intensitas dan sebarannya yang tidak merata, itu adalah hal lain. Namun dalam ekologi lingkungan, hal tersebut adalah suatu mekanisme alam untuk menyeimbangkan diri atau menjaga keteraturan.

Jadi yang sepantasnya harus berbenah adalah si penghuni alam paling rakus yaitu manusia. Tata ruang wilayah yang tidak sesuai kaidah lingkungan adalah penyebab dari datangnya bencana. 

Lingkungan bumi terbentuk lebih dahulu dibandingkan manusia, artinya gejala meteorologis sudah biasa terjadi pada lingkungan. Lingkungan yang pada dasarnya harus menjadi sarana air permukaan mengalir dengan baik, kini tidak diperhatikan manusia. 

Semua gejala meteorologi seperti hujan, angin bahkan petir adalah sumber pendukung kehidupan. Namun manusia seringkali berkata jika ada sebuah kegiatan lalu terjadi kejadian cuaca ekstrim maka yang keluar adalah "Ya, karena cuaca tidak mendukung maka ...bla..bla..bla..".

Manusia sering menyalahkan cuaca karena kepentingannya jadi tidak terpenuhi, sementara itu ketika cuaca melimpah terjadi mereka juga akan protes.

Dalam Al Quran memang sudah dijelaskan bahwa "manusia itu mahluk yang suka mengeluh lagi kikir". Lalu kalau begitu apa esensi Tuhan menciptakan manusia kalau sudah tahu mereka akan merusak?.

Pasti ada rahasia dibalik rahasia, yang jelas manusia perlu berfikir ulang dan mencoba untuk menyelaraskan diri dengan kondisi alam. Tata ruang wilayah harus didesain agar fenomena hidrometeorologis dapat berjalan dengan baik.

Contoh paling sederhana juga adalah dalam perilaku membuang sampah. Entah di tahun berapa manusia Indonesia akan sadar akan pentingnya kebersihan. Ataukah memang manusia Indonesia sudah tidak bisa merubah budaya kotor yang yang sudah mengakar?.

Namun balik lagi bahwa manusia itu mahluk yang kecil tapi merasa ingin menguasai segalanya. Diberikan cobaan kemarau panjang sekitar 4 bulan saja teriak-teriak, lantas setelah itu diberi curah hujan melimpah juga sama mengeluhnya. Kapan manusia mau berfikir?

Senin, November 27

Ujian Semester SMA Unity School Bekasi Berbasis Paperless Menggunakan CBT

Ujian Semester SMA Unity School Bekasi Berbasis Paperless Menggunakan CBT

Pekan ini dimulai ujian semester atau PAS semester ganjil untuk seluruh siswa SMA Unity School.

Sejak akhir semester lalu, SMA Unity School menggunakan prinsip paperless dalam pelaksanaan ujian. Hal ini guna mendukung susitanable development dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam.

CBT atau computer based test didesain oleh Mr. Tri sebagai operator dan dibantu oleh semua guru dan staf teknisi lain.

Aplikasi CBT diinstal di laptop masing-masing siswa yang akan digunakan untuk ujian.

Sejauh ini penggunaan CBT dalam ujian sangat membantu dalam program ujian sekolah.

CBT yang dikembangkan sejauh ini mampu mengakomodir berbagai jenis soal mulai dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat hingga esai.

Pemanfaatan CBT dalam menunjang ujian akan terus dikembangkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan ujian.

Selasa, November 21

Cara Menggunakan Pendekatan Keruangan, Kelingkungan dan Kewilayahan

Cara Menggunakan Pendekatan Keruangan, Kelingkungan dan Kewilayahan

Sebagaimana kita tahu bahwa pendekatan geografi itu ada tiga yaitu keruangan (spasial), kelingkungan (ekologi) dan kewilayahan (regional). 

Lalu bagaimana cara menggunakannya pak?. Seringkali siswa saya bertanya dan bingung memahami perbedaan pendekatan geografi tersebut.

Nah untuk memudahkannya maka kita akan coba langsung memberikan contoh kalimat-kalimat yang menyatakan penggunaan pendekatan tersebut.

1. Pendekatan keruangan geografi itu mengacu pada bagaimana kita menganalisa fenomena di permukaan bumi yang dari sudut pandang pola kejadian, persebaran dan hubungan sebab akibatnya. Disini kata kunci pendekatan keruangan adalah mengkaji elemen-elemen pembentuk ruang yang natural, bukan sebuah hasil interaksi mahluk hidup. 

Contoh kalimat pendekatan geografi keruangan:
1. Satu kecamatan mengalami pemadaman listrik di Kab. Bogor karena gardu induk tersabar petir saat hujan deras sore kemarin.
2. Curah hujan terjadi sangat tinggi selama satu bulan di Jabodetabek karena pengaruh La Nina.
3. Gempa di Palu disebabkan pergerakan sesar Palukoro.

2. Pendekatan kelingkungan geografi adalah pendekatan adaptasi dari ilmu ekologi. Hal ini dikarenakan pola ruang dan struktur permukaan bumi banyak mengalami perubahan akibat kegiatan mahluk hidup terutama manusia.

Contoh kalimat pendekatan kelingkungan geografi:
1. Masyarakat Kampung Naga membangun rumah menghadap ke timur agar mendapatkan sinar matahari optimal saat pagi hari.
2. Genangan air di jalan perumahan Soka disebabkan sumbatan selokan oleh sampah organik dan non organik.
3. Serangan harimau ke pemukiman disebabkan habitat fauna tersebut semakin menyempit oleh kegiatan perluasan lahan sawit.

3. Contoh kalimat pendekatan geografi kewilayahan:
1. Pembangunan jalan tol Bocimi akan meningkatkan mobilitas masyarakat Sukabumi, Cianjur dan sekitarnya.
2. Proyek kereta cepat Jakarta Bandung akan memicu pertumbuhan pusat ekonomi baru di Karawang, Purwakarta dan Bandung Barat.

Nah itulah contoh kalimat yang menyatakan penggunaan tiga pendekatan geografi. Bagaimana apakah sudah bisa membedakan perbedaan ketiganya?.

Rabu, November 8

[Revisi] Update Salinan Capaian Pembelajaran Terbaru Tahun 2023

[Revisi] Update Salinan Capaian Pembelajaran Terbaru Tahun 2023


Awal bulan ini kementerian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan surat keputusan terkait revisi capaian pembelajaran dari jenajnga PAUD sampai SMA.

Perubahan atau revisi capaian pembelajaran ini mengacu pada hasil feedback atau umpan balik dari berbagai kalangan termasuk guru, praktisi pendidikan dan ahli terkait

Untuk geografi sendiri, tidak ada perubahan yang terlalu drastis dari capaian pembelajaran itu sendiri. Silahkan di cek di bawah, file tinggal didownload.

Dengan hormat, dalam rangka melaksanakan penyiapan kebijakan teknis, penyusunan kurikulum,
dan pengembangan pembelajaran, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum,
dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah
melakukan kegiatan Umpan Balik Capaian Pembelajaran pada PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, SLB,
dan Kesetaraan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2023. Berdasarkan hasil umpan balik terhadap
Capaian Pembelajaran tersebut, kami melakukan revisi Capaian Pembelajaran pada PAUD, SD,
SMP, dan SMA.

Sehubungan dengan itu, berikut kami sampaikan hasil revisi:
1. Capaian Pembelajaran untuk PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) pada Kurikulum Merdeka;
dan
2. Capaian Pembelajaran untuk SD/MI/Program Paket A, SMP/MTS/Program Paket B, dan
SMA/MA/Program Paket C pada Kurikulum Merdeka.
sebagai pertimbangan untuk revisi Buku Teks Pelajaran pada PAUD, SD, SMP, dan SMA pada
Kurikulum Merdeka.


Untuk lebih jelasnya bisa juga cek di file google drive di bawah ini. Silahkan dipelajari dan dipahami oleh semua guru!.

Featured

[Featured][recentbylabel2]

Featured

[Featured][recentbylabel2]
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close