Pengertian Kota Menurut Ahli Geografi - Guru Geografi
News Update
Loading...

Sabtu, April 29

Pengertian Kota Menurut Ahli Geografi

Kamu yang tinggal di kota tentu akan mudah menjawab jika diberikan pertanyaaan, apa itu definisi kota?. Ada yang menjawab macet, banyak gedung, jalan, mall dan lainnya. 

Namun dalam usaha merumuskan pengertian kota, para ahli geografi memiliki pendapat masing-masing yang beralasan. Berikut ini pengertian menurut para ahli:

Mayer, melihat kota sebagai tempat bermukim penduduknya, baginya yang penting bukan rumah, jalan, rumah ibadah, kantor, taman, sungai dan lainnya melainkan penghuninya yang menciptakan semua bangunan tadi. 

Meski sebagai pemukiman dan wadah komunikasi manusia penting, untuk memahami kota lewat faktor manusianya yang sangat esensial.

Ini menyangkut nilai, perasaan, kenangan mereka dalam berorganisasi. Kota memang mewujudkan penciptaan peradaban meski awal mulanya berasal dari pedesaan.

Mumford, lebih melihat kota sebagai suatu tempat pertemuan yang berkiblat ke luar. Malahan sebelum kota menjadi tempat tinggal tetap, orang-orangnya bolak-balik dari desa untuk berkunjung secara teratur. 

Di situ kota seperti magnet yang semakin besar tarikannya baik dari sisi ekonomi maupun keagamaan. Sebaliknya desa adalah bentuk pemukiman yang penduduknya berkiblat ke dalam dan menolak orang luar, sifat orangnya relatif kaku dan serba curiga.
Pengertian Kota Menurut Ahli Geografi
Kota Bandung Paris van Java
Max Weber, memandang kota adalah jika penghuninya sebagian besar penghuninya mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat. Adapun barang kebutuhannya dibuat setempat pula dan ada yang dipasok dari pedesaan. Ini adalah sifat dasar dari kosmopolitan kota yang menjadi hakikat kota. Jadi sifat kota lebih pada pasarnya.

Christaller, dengan central place theory nya menunjukan fungsi kota sebagai penyelenggaraan dan penyediaan jasa bagi wilayah di sekitarnya. Kota merupakan pusat pelayanan. 

Jadi kota bukan pusat pemukiman pada awalnya melainkan pusat pelayanan. Sejauh mana sebuah kota menjadi pusat pelayanan bergantung kepada sejauh mana pedesaan disekitarnya memanfaatkan jasa-jasa kota.

Sjoberg, melihat lahirnya kota lebih dari timbulnya suatu golongan spesialis non agraris dimana yang berpendidikan merupakan bagian penduduk yang terpenting. 

Mereka itu adalah para kaum literat seperti pujangga, sastrawan, ahli agama. Setelah semua berkumpul barulah ada pembagian kerja tertentu dalam kehidupan kota.

Wirth, memandang kota sebagai suatu pusat permukiman yang relatif besar padat dan permanen dengan penduduk yang heterogen kedudukan sosialnya. Karena itu hubungan sosial antara penghuninya longgar, acuh dan relasi nya sangat kendur atau kekerabatan tidak erat.

Marx dan Engels, memandang kota sebagai perserikatan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat produksi untuk memertahankan diri para penduduknya. 

Bedanya dengan desa, di kota terjadi pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dan materi. Individu-individu terbagi atas dua golongan kegiatan itu sehingga terasa ada pemisahan.

Harris dan Ullaman, melihat kota sebagai pusat untuk pemukiman dan pemanfaatan bumi oleh manusia. Manusia disana unggul dalam mengeksploitasi bumi, buktinya pertumbuhan kota pesat dan terus mekar. Namun selain mekar, pemiskinan juga terjadi pada manusianya sehingga muncul berbagai masalah sosial.

Sumber: Geografi Kota Dan Desa, Daldjoeni.
Gambar: news.bbc.co.uk

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close