Aplikasi PJ dan SIG Untuk Mitigasi Banjir - Guru Geografi
News Update
Loading...

Senin, Januari 6

Aplikasi PJ dan SIG Untuk Mitigasi Banjir

Banjir adalah bencana yang sering terjadi dan memberikan dampak yang dapat merusak pada kehidupan manusia ataupun lingkungan. 

Potensi banjir akan terus meningkat sejalan dengan semakin sempitnya lahan penyerap air permukaan dan memburuknya sistem drainase. 

Perubahan iklim yang terjadi secara global meningkatkan potensi terhadap kejadian banjir. Sistem informasi geografis dan data penginderaan jauh banyak dimanfaatkan dalam kajian mitigasi bencana banjir. 

Ouma dan Tateishi (2014) menggunakan sistem informasi geografis mengkaji banjir perkotaan dengan dasar kondisi topografi dan morfometri lahan perkotaan. 

Kondisi tersebut diurai menjadi parameter elevasi, kemiringan lereng (slope), tanah, curah hujan, jaringan drainase, dan penggunaan lahan.

Data-data tersebut selanjutnya oleh Ouma dan Tateishi (2014) dianalisis melalui prosedur AHP melalui perangkat sistem informasi geografis.


Parameter analisa banjir perkotaan
Keterkaitan parameter dalam kajian ini terkait kriteria fisik dan sosio ekonomis ditunjukkan seperti pada gambar di bawah. Parameter tersebut dinilai sebagai parameter yang penting dan memberikan pengaruh terhadap kejadian banjir perkotaan. 

Data parameter elevasi, slope dan jaringan drainase diturunkan dari data DEM. Perkembangan pada saat ini, model elevasi digital dapat diturunkan dari data penginderaan jauh seperti citra satelit ASTER dan SRTM.

Elevasi dan slope memiliki peran yang penting terhadap kejadian banjir. Ketinggian tempat tidak memungkinkan terjadinya genangan. Genangan akan terjadi pada titik-titik yang memiliki elevasi rendah. 


Informasi lokasi yang memiliki elevasi rendah dapat diidentifikasi melalui data model elevasi digital (DEM).Beda tinggi tempat menghasilkan kekasaran permukaan lahan. 

Lahan yang memiliki kekasaran tinggi lebih memungkinkan terjadinya infiltrasi dibandingkan permukaan yang halus. Infiltrasi mengurangi potensi jumlah air yang jatuh menjadi air larian permukaan lahan. 

Slope berperan terhadap kontrol kecepatan air larian permukaan, arah larian, dan jumlah air larian permukaan dan bawah permukaan yang sampai ke lokasi banjir. Slope yang landai merupakan kondisi yang lebih peka terhadap banjir. 

Jenis tanah memiliki peran yang besar terhadap kemampuan infiltrasi. Tanah pasir memiliki kemampuan infiltrasi yang tinggi dibandingkan dengan tanah lempung. 

Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa infiltrasi akan mengurangi jumlah air larian permukaan atau run off yang akan menjadi banjir. Curah hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. 

Curah hujan dengan intensitas yang tinggi akan secara langsung memicu terjadinya banjir. Kepadatan jaringan drainase memberikan peran terhadap tingkat erosi permukaan pada lahan. 

Dengan demikian semakin tinggi tingkat kepadatan drainase akan memberikan potensi yang lebih tinggi terhadap hilangnya tanah permukaan. Kehilangan tanah permukaan akan mengurangi kemampuan infitrasi, terutama jika telah mencapai lapisan batuan dasar. 

Penggunaan lahan dan penutup lahan juga merupakan satu kontrol terhadap stabilitas tanah dan infiltrasi. 

Penutupan vegetasi memiliki kemampuan yang lebih besar dalam menahan air permukaan dan meningkatkan infiltrasi dibandingkan lahan dengan terbangun.

Hasil perhitungan dan analisis menggunakan AHP dan sistem informasi geografis menunjukkan sebaran area kerentanan dan risiko bencana banjir dengan akurasi yang tinggi. 

Perpaduan metode ini menghasilkan informasi potensi banjir dengan cepat dan mendekati fakta yang sebenarnya. Berdasar pada kondisi ini, perpaduan metode AHP dalam sistem informasi geografis sangat berpotensi untuk kajian mitigasi bencana banjir.

Sumber: Modul PPG Geografi

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close