Memahami Unsur-Unsur Kebahagiaan Sejati - Guru Geografi
News Update
Loading...

Minggu, Mei 6

Memahami Unsur-Unsur Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan, siapa yang tidak suka dengan kata tersebut. Setiap manusia pasti menginginkan hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat. 

Namun apakah semua manusia memahami makna dari kebahagiaan itu sendiri?. Nabi Muhammad SAW bersabda "orang yang dapat tidur nyenyak d peraduannya, badannya sehat, punya makanan untuk hari itu, seolah-olah dia telah mendapatkan dunia dan segala kenikmatannya". (HR. Tirmidzi).

Sabda diatas itu bermakna jika kebutuhan makan, tempat tinggal dan keamanan telah tercukupi maka anda telah mendapatkan kebahagiaan sempurna. 

Tapi kebanyakan orang tidak menyadari, ditinya tidak pernah mersakan kebahagiaan dan kebaikan itu. Manusia sibuk menilai dan membandingkan dirinya dengan orang lain. 

Mengapa saya belum punya mobil, mengapa orang lain bisa dapat gaji puluhan juta, mengapa orang lain bisa liburan ke luar negeri dan lainnya?. Ini adalah hal yang melampaui batas kebahagiaan.

Lebih jelas lagi, Allah SWT berfirman "Dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu," (Qs. Al Maidah: 3). Mungkin kita bertanya, nikmat apa yang telah disempurnakan Allah dan Rasulnya?. 

Apakah nikmat itu materi, nikmat sandang pangan berlebih, harta, istana, emas atau apa?. Tentu saja bukan nikmat itu semua. Sebab Rasul sendiri tidak pernah memiliki itu semua.

Rasul tinggal di rumah sangat sederhana, terbuat dari tanah liata, berlantai tanah dan beratap pelepah kurma. Nabi SAW juga pernah mengikat perut dengan batu untuk menahan lapar. 

Tak hanya itu, beliau juga pernah tidur beralas pelepah kurma hingga meninggalkan bekas di pipi. Nabi juga pernah menggadaikan baju perangnya kepada orang Yahudi untuk mendapkan 30 'sha gandum. 

Nabi SAW juga pernah berkeliling selama 3 hari mencari makan untuk sekedar mendapat kurma kering.

Lalu hari ini kita bagaimana?. Kebahagiaan selalu dilihat dari materi padahal akhirat adalah tempat kita kembali dan dunia ini akan kita tinggalnya dengan sekejap. 

"Maka hari akhir itu lebih baik bagimu dari pemulaan. Dan kelas Tuhan-mu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu lalu (hati) kamu menjadi puas". (QS. Dhuha 4-5).

Jadi kebahagiaan itu pada dasarnya bersumber dari hati dan pikiran. Banyak sekali manusia yang punya harta namun ternyata ia punya sakit kronis dan tidak bisa apa-apa. Uang tidak bisa lagi mengobati penyakitnya. 

Namun ada orang yang tidak punya materi namun ia tetap sehat, bisa beraktifitas, beribadah dan lainnya. Inilah sejatinya kebahagiaan, yaitu bisa beribadah kepada Allah dan sesama manusia. 

Janganlah kita terlena dengan kehidupan dunia karena kehidupan ini adalah fana dan tipuan belaka. Mari kita ciptakan kebahagiaan mulai dari hati, pikiran dan jiwa agar hidup kita damai dan selalu dilindungi Allah SWT.

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close