Gunung Semeru Meletus Besar, Pertanda Apakah Ini? - Guru Geografi
News Update
Loading...

Senin, Desember 6

Gunung Semeru Meletus Besar, Pertanda Apakah Ini?

Gunung api tertinggi di pulau Jawa yaitu Semeru meletus besar dua hari lalu yang mengakibatkan setidaknya 14 warga meninggal dunia (hingga data terakhir). Gunung api dengan ketinggian 3.676 mdpl ini memuntahkan guguran abu vulkanik yang mengubur beberapa desa di kaki lereng.

Lantas apakah erupsi besar Semeru ini tidak terpantau tanda-tandanya oleh pos pengamatan?. Perlu diketahui bahwa setiap gunung api itu memiliki karakteristik tersendiri sehingga memang manusia perlu beradaptasi dengan kondisi tersebut.

Gunung Semeru adalah gunung api tipe stratovolcano yang tubuhnya tersusun atas lapisan piroklastik dan lava yang membeku. Tingkat kelerengan Semeru termasuk curam dengan tinggi puncak menjulang sehingga jika ada guguran abu piroklastik pasti akan turun dengan kecepatan tinggi menuju lembah dan sungai disekitarnya.

Normalnya sebelum gunung api meletus, pastinya ada tanda-tanda yang muncul sebagai antisipasi sebelum terjadi erupsi besar seperti gempa tremor, kepulan asap dari lubang kepundan, mata air mengering atau berubah warna hingga perubahan perilaku hewan.

Akan tetapi erupsi Semeru sore kemarin sangat tiba-tiba dan nampaknya peringatan dini tidak ada (berdasarkan penuturan beberapa warga sekitar). Hal ini menandakan bahwa di dalam dapur magma telah terjadi peningkatan aktifitas yang memang tidak bisa kita pantau.
Kubah puncak Semeru dari rekaman Google Earth

Dapur magma setiap gunung api memiliki kedalaman, volume dan kekentalan berbeda-beda. Sialnya manusia tidak bisa memantau ruangan rahasia tersebut karena berada di bawah tubuh gunung api sehingga kita hanya bisa memprediksi dari fenomena eksternal saja.

Masyarakat Indonesia sejatinya sudah sangat paham dengan kondisi geologis negerinya yang berada di zona sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik. Peradaban-peradaban manusia banyak ditemukan di sekitar lereng gunung api karena kesuburannya yang tinggi untuk menunjang kehidupan agraris.

Gunung api adalah sumber material bahan-bahan bangunan dan penting sekali bagi kehidupan disamping untuk kegiatan pertanian. Selain itu gunung api menjadi sumber penangkap air yang baik. Manusia hanya perlu mengalah sejenak jika memang erupsi terjadi karena hal tersebut adalah sesuatu yang normal untuk menjaga keseimbangan.

Yang harus kita lakukan adalah mengevaluasi batas zona wilayah aliran erupsi agar masyarakat tidak membangun pemukiman disana. Hal ini untuk mengurangi dampak negatif manakala erupsi terjadi. Semakin dekat pemukiman dengan puncak gunung api tentu bahaya semakin tinggi.

Pemerintah dan pihak terkait seperti BNPB, BIG perlu secepat mungkin membuat peta baru zonasi daerah bahaya erupsi di setiap gunung api di Indonesia. Data tentunya dilihat dari rekam jejak erupsi gunung api tersebut.

Lantas apakah erupsi gunung api itu adalah bencana?. Erupsi itu adalah fenomena alam namun bencana itu adalah fenomena alam/non alam manakala menghasilkan korban jiwa/kerugian bagi manusia.

Lalu bolehkah mengaitkan kejadian bencana alam dengan azab dari Tuhan?. Dalam pandangan Islam hal itu sah-sah saja sebenarnya dan bahkan perlu menjadi sumber introspeksi, karena faktanya dalam Al Quran juga tertulis demikian, namun selain kita merenung tentang perilaku kita di dunia, lebih lanjut lagi kita harus meningkatkan kompetensi keilmuan dan adaptasi tentang fenomena alam.
Ayat Quran tentang kaitan azab dan fenomena alam (Q.S Al- Ankabut)

Dalam perspektif geografi, pandangan fisis determinisme perlu lebih ditekankan karena dalam komunitas masyarakat adat nusantara pun pandangan tersebut tetap menjadi acuan hidup dimana alam mengendalikan kehidupan manusia bukan sebaliknya. Jika tatanan ekologi dijaga maka bencana tidak akan terjadi.

Gunung api adalah anugerah Tuhan yang luar biasa karena jika melalui mekanisme erupsi daratan terbentuk dan manusia serta mahluk hidup lain bisa tumbuh dan berkembang di atasnya. Kita hanya diminta sejenak mengalah jika memang ia sedang ingin mengeluarkan materialnya.

Agnas Setiawan, Guru Geografi Blogger Indonesia

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close