Rangkuman Geografi Bab Lokasi Indonesia Secara Astronomis dan Pengaruhnya - Guru Geografi
News Update
Loading...

Rabu, September 6

Rangkuman Geografi Bab Lokasi Indonesia Secara Astronomis dan Pengaruhnya


Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang membentang dari Sumatera hingga Papua. Luas total negara Indonesia mencapai 1.904.570 km persegi dan merupakan gabungan wilayah daratan dan perairan. Secara geografis Kepulauan Indonesia terdiri atas beberapa kelompok pulau yang diklasifikasikan ke dalam tiga zona. 

Badan Informasi Geospasial mencatat jumlah total pulau di Indonesia mencapai 17.000 buah. Pulau-pulau tersebut merupakan pulau mayor umumnya dihuni penduduk dan pulau-pulau minor yang sebagian besar tidak dihuni penduduk.

Zona pertama adalah Kepulauan Sunda Besar yang terdiri atas Jawa, Madura, Sumatera dan Kalimantan. Ketiga pulau tersebut merupakan bagian dari Paparan Sunda dan perpanjangan dari kaki daratan Malaysia, Kamboja, Thailand dan Vietnam. Karakteristik dari wilayah ini adalah pulau-pulau utama tadi dipisahkan oleh laut dangkal yang memiliki kedalaman kurang dari 250 m. 

Laut dangkal tersebut terbentuk pada zaman akhir Pleistosen ketika es mencair dan menggenangi Paparan Sunda. Zona kedua adalah Pulau Papua Nugini yang terbagi atas Papua Indonesia dan Papua Nugini. Pulau Papua masuk dalam wilayah Paparan Sahul yang dahulu terhubung dengan daratan Australia. Sama halnya seperti Paparan Sunda, wilayah perairan Paparan Sahul memiliki kedalaman yang dangkal. Zona ketiga yaitu diantara Paparan Sunda dan Paparan Sahul terbentang Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi. Laut yang memisahkan pulau-pulau ini memiliki kedalaman hingga mencapai 5.000 m.

Lokasi astronomis adalah lokasi yang didasarkan atas garis lintang dan bujur. Indonesia berada pada 6ºLU – 11º LS dan 95º BT – 141º BT. Dengan posisi tersebut maka sebagian wilayah Indonesia ada di belahan bumi utara dan sebagian lagi ada di bagian selatan. Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi adalah
pulau besar yang dilintasi garis ekuator. Sebagian besar wilayah NKRI berada di bagian selatan khatulistiwa atau ekuator.

Dampak paling besar dari lokasi astronomis Indonesia adalah pada kondisi cuaca dan iklim. Karena berada di ekuator maka suhu rata-rata Indonesia diatas 18º C dan intensitas penyinaran matahari tinggi sepanjang tahun. Kondisi ini berdampak pada kelembaban yang tinggi dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Curah hujan tinggi ini membuat tanah subur dan banyak ditumbuhi berbagai
macam flora dan fauna. Biodiversitas Indonesia termasuk tertinggi di dunia bersama Brasil dan Zaire.

Iklim tropis memiliki kaitan yang erat dengan budaya bertani karena iklim ini memberikan kondisi yang sangat mendukung untuk praktik pertanian. Berikut beberapa kaitan antara iklim tropis dan budaya bertani:

1. Suhu Hangat Sepanjang Tahun: Iklim tropis cenderung memiliki suhu hangat sepanjang tahun, dengan perbedaan suhu yang tidak terlalu ekstrem antara musim panas dan musim dingin. Ini memungkinkan pertanian untuk dilakukan sepanjang tahun tanpa khawatir tentang musim dingin yang dapat membekukan tanaman.

2. Curah Hujan yang Cukup: Banyak daerah tropis memiliki curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun atau setidaknya memiliki musim hujan yang panjang. Hal ini penting untuk menyediakan air yang cukup bagi tanaman. Budaya bertani sering kali berkaitan dengan penanaman tanaman pangan seperti padi, jagung, dan singkong yang membutuhkan pasokan air yang konsisten.

3. Keberagaman Tanaman: Iklim tropis yang hangat dan lembap mendukung pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Budaya bertani dalam iklim tropis sering melibatkan penanaman berbagai macam tanaman seperti buah-buahan, sayuran, rempah-rempah, dan tanaman obat-obatan. Hal ini menciptakan keanekaragaman pangan dan warisan budaya yang kaya.

4. Ketergantungan pada Musim: Meskipun iklim tropis tidak memiliki perubahan musim yang sejelas musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin seperti di daerah beriklim empat musim, tetapi budaya bertani di daerah tropis seringkali tetap mengikuti pola musiman tertentu. Petani akan menyesuaikan aktivitas pertanian mereka dengan musim hujan dan kemarau untuk memaksimalkan hasil panen.

5. Tradisi Pertanian: Budaya bertani di daerah tropis sering memiliki tradisi dan pengetahuan turun-temurun yang berkaitan dengan pola cuaca, penanaman, dan pemeliharaan tanaman tertentu. Ini mencakup pemilihan varietas tanaman yang sesuai dengan iklim setempat dan penggunaan teknik pertanian tradisional.

6. Pembentukan Identitas dan Kebudayaan Lokal: Budaya bertani di daerah tropis sering menjadi bagian integral dari identitas dan kebudayaan lokal. Upacara adat, ritual, dan perayaan sering kali terkait erat dengan siklus pertanian dan musim panen. Ini menciptakan kekayaan budaya yang unik dan beragam di seluruh daerah tropis.

Secara umum Indonesia memiliki dua musim yaitu penghujan dan kemarau dengan diselingi pancaroba diantara keduanya. Musim penghujan berlangsung saat angin muson barat bulan Oktober hingga Maret dan musim kemarau berlangsung saat angin muson timur di bulan Maret hingga Oktober. Indonesia juga dibagi ke dalam tiga zona waktu yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Pembagian zona waktu ini merupakan kebijakan politik Indonesia sesuai Keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 41 Tahun 1987 tentang Pembagian Wilayah Republik Indonesia Menjadi 3 (Tiga) Wilayah Waktu.

1. Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB): WIB adalah zona waktu yang digunakan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk pulau-pulau seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan (Borneo), dan sebagian dari Sulawesi. WIB adalah zona waktu yang paling umum digunakan di Indonesia dan biasanya berada 7 jam di depan waktu koordinat universal (UTC+7).

2. Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA): WITA digunakan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah-wilayah di sekitar Tengah, Selatan, dan Timur Sulawesi, serta di sebagian besar wilayah Bali dan Nusa Tenggara. WITA biasanya berada 8 jam di depan UTC (UTC+8).

3. Waktu Indonesia Bagian Timur (WIT): WIT adalah zona waktu yang digunakan di wilayah timur Indonesia, seperti Papua, Papua Barat, dan sebagian besar Maluku. WIT adalah zona waktu yang paling timur di Indonesia dan biasanya berada 9 jam di depan UTC (UTC+9).

Yuk Sebarkan Artikel Ini

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close