Konsep Jagat Raya Mengembang - Guru Geografi
News Update
Loading...

Senin, Januari 8

Konsep Jagat Raya Mengembang

Pada awal abad ke 20  dunia ilmu pengetahuan dikejutkan dengan penemuan-penemuan baru diantaranya teori kuantum Planck, teori relativitas Einstein dan teori model penyusutan atom Rutherford. 

Kemudian muncul model kosmologi baru yang diciptakan oleh Einstein, de Sitter, Lemaitre dan Tolman yang mengatakan bahwa alam semesta berdimensi empat, melengkung, tak terbatas dan mengembang. 

Dengan mengamati letak garis-garis panjang gelombang cahaya dalam spektrum elektromagnetik sebuah galaksi, kemudian dibandingkan dengan garis-garis acuan pada spektrum elektromagnetik dari sebuah benda tak bergerak di Bumi maka akan diketahui gerak galaksi itu.

Jika galaksi memiliki inklinasi dengan garis pandangan yang bersudut kurang dari 90 derajat berarti satu sisi sedang bergerak menjauhi pengamat dan garis-garis spektrum dari bagian ini berpindah menuju bagian warna merah pada spektrum elektromagnetik. 

Sisi yang lain sedang mendekat dan garis-garisnya berpindah menuju bagian warna biru dari spektrum gelombang elektromagnetik. Efek ini dinamakan Efek Doppler dan ditemukan seorang ahli fisik Austria, Christian Doppler.
Konsep Jagat Raya Mengembang
Lengan galaksi dilihat dari bumi
Perkiraan bahwa galaksi-galaksi menjauhi bumi digunakan sebagai bukti teori jagat raya mengembang. Teori jagat raya mengembang artinya jagat raya dimulai dengan sebuah ledakan hebat dan sampai sekarang terus mengembang. 

Namun kebenaran teori ini pada dasarnya masih belum kuat karena adanya pandangan dari sejumlah astronom yang meragukan kebenaran efek Doppler dan memandang bahwa pergeseran mendekati warna merah pada garis-garis spektrum galaksi mugkin saja disebabkan oleh efek lain selain galaksi.

Meski begitu, teori ini tetap diterima karena penjelasan Doppler paling sesuai dengan anggapan bentuk jagat raya saat ini. Jagat raya mungkin saja sedang mengembang. Apalagi saat ini bermunculan teori-teori pendukungnya seperti teori gaya repulsi kosmis. 

Tidak seperti gaya gravitasi yang menyebabkan benda-benda langit tarik-menarik satu sama lain, gaya repulsi kosmis justru membuat benda-benda langit saling tolak-menolak. Jika gaya gravitasi lebih besar dari gaya repulsi kosmis, benda langit akan saling mendekat dan ruang angkasa menyusut. 

Sebaliknya jika gaya repulsi kosmis lebih besar dari gravitasi, maka ruang angkasa akan memuai. Pada beberapa galaksi spiral seperti Andromeda, Bima sakti, gaya gravitasi di antara keduanya lebih besar dari gaya tolaknya.

Selain itu pemancaran kabut-kabut ekstragalaksi dengan kecepatan yang berbanding lurus dengan jaraknya merupakan petunjuk bahwa alam semesta memuai. Kecepatan kabut-kabut ekstra galaksi dan jaraknya sampai ke bumi dapat diketahui bahwa kecepatan bertambah 550 km/detik untuk tiap pertabahan jarak 1 megaparsek (3,262 juta tahun cahaya). 

Gambar: disini

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close