7 Kesalahan Fatal Seorang Guru - Guru Geografi
News Update
Loading...

Rabu, Juli 19

7 Kesalahan Fatal Seorang Guru

Guru merupakan salah satu profesi yang sangat banyak diminati saat ini. Menjadi seorang guru adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Guru merupakan sebuah profesi yang menuntut kita terus belajar dan berkembang setiap saat. 

Namun ada beberapa kesalahan fatal seorang guru yang bisa ia lakukan saat menjalani profesinya. Berikut ini 7 kesalahan fatal guru:
Ayo jadi guru yang tangguh
1. Menjadi guru karena terpaksa
Pada dasarnya di Indonesia untuk menjadi seorang guru itu harus lulusan keguruan. Seorang guru harus memiliki kompetensi keguruan yang baik dan dihasilkan dari sekolah keguruan. 

Seseorang yang masuk sekolah keguruan berarti ia siap untuk menjadi guru yang hebat bagi siswanya. Namun pengalaman saya, masih banyak orang yang menjadi guru karena terpaksa. 

Saya pernah bertemu teman yang menjadi guru karena tidak ada pekerjaan lain. Artinya secara implisit guru adalah profesi yang bersifat opsional, semua kalangan bisa masuk asalkan ia mau saja. 

Memang tidak salah menjadi guru karena terpaksa, namun harus diimbangi dengan kemauan untuk belajar. Jika ia menjalani profesi secara terpaksa maka ia tidak akan 100% mengerahkan kemampuan terbaiknya.

2. Tidak merencanakan pembelajaran 
Membuat lesson plan atau perencanaan pembelajaran adalah salah satu kemampuan yang paling penting bagi seorang guru. Kegiatan belajar yang baik akan berkualitas akan terjadi jika direncanakan dengan baik. 

Itulah mengapa saya sangat tidak setuju jika seorang guru terlalu banyak mendapatkan jadwal pelajaran dalam satu minggu. Merencanakan pembelajaran perlu waktu dan saya yakin jika guru tidak merencanakan pembelajaran maka di kelas mungkin hanya asal menjelaskan saja tanpa skenario. 

Saya pun dulu pertama menjadi guru seperti itu, namun perlahan saya belajar tahun demi tahun bersama guru lain atau ikut seminar. 

3. Tidak ikut komunitas
Sekarang ini kegiatan peningkatan kompetensi guru adalah melalui jalur komunitas belajar di regional masing-masing. Jika guru tidak ikut komunitas maka secara langsung ia tidak mau mengembangkan dirinya. 

Kalaupun tidak bisa mengikuti tatap muka, di berbagai medsos kini sudah banyak komunitas guru online yang bisa dimanfaatkan. Ikut komuitas membuat kita semakin berkembang, banyak teman dan sebagai sarana diskusi.

4. Malas menulis
Seorang guru pasti jago menulis, paling tidak di papan tulis, bukan?. Mengapa tidak mencoba buat blog atau menulis buku?. Coba jika tulisan anda di papan tulis selama setahun dibuatkan buku ada berapa halaman jadinya?. 

Menulis akan menambah tajam analisa dan membuat dirinya berkembang. Sudah banyak guru-guru yang menulis dan karyanya dimanfaatkan banyak orang. Ini tentu bisa menjadi sumber pahala dan tambahan penghasilan bukan?. 

Sekarang ini di Indonesia sudah banyak guru-guru yang jago menulis dan sudah bisa berkeliling Indonesia menyebarkan ilmu dan pengalamannya.

5. Fokus hanya mengejar tunjangan
Sejak beberapa tahun lalu, guru di Indonesia memang banjir tunjangan-tunjangan. Hal ini tentu sangat baik agar kesejahteraan guru meningkat. Namun jangan sampai tunjangan menjadi prioritas utama guru. 

Tunjangan adalah alat pelecut guru agar lebih baik dalam mengelola siswa. Anak-anak adalah prioritas utama kita. Jika kita tulus dan ikhlas membangun anak-anak kita maka insaallah tunjangan akan menjadi berkah dan tidak sulit didapat. 

Sisihkanlah sebagian tunjangan untuk membeli buku atau membeli sesuatu buat siswa-siswi kita di rumah dan sekolah.

6. Tidak menjadi teladan
Guru yang terbaik adalah keteladanan, itu sudah menjadi prinsip. Jika kita tidak bisa menjadi teladan yang baik dalam segala hal baik itu kedisiplinan, penampilan, gaya hidup dan lainnya maka bagaimana kita bisa menjadi guru yang baik?. 

Jika ingin siswanya berprestasi maka gurunya juga harus berjuang untuk mendapatkan prestasi. Ada guru yang masih merokok di sekolah misalkan, itu tentu menjadi suatu hal yang tidak baik. Atau ada guru yang jarang masuk tanpa alasan, ini menjadi suatu kerugian bagi siswa.

7.  Malas belajar manajemen hidup
Guru sama halnya dengan manusia lain perlu manajemen hidup. Jika kita tidak belajar manajemen hidup maka kehidupan kita juga akan sulit. Guru juga harus belajar enterpreneurship dengan baik. 

Jika ia bisa sukses sebagai guru dan entepreneur maka ilmunya bisa ditularkan kepada anak didiknya. Bacalah artikel atau tulisan tentang manajemen hidup di masa kini. Terlebih untuk guru swasta atau honor, maju tidaknya hidup sangat tergantung kepada daya juang dia untuk survive. 

Mulailah untuk berwiraswasta atau  membuat produk-produk kreatif yang bermanfaat. Jika kebutuhan hidup kita sudah terpenuhi dengan baik maka kita akan fokus mengajar anak-anak dengan baik tanpa memikirkan kondisi dapur kita esok, lusa dan seterusnya.

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close