Kasus First Travel Salah Siapa? - Guru Geografi
News Update
Loading...

Jumat, Agustus 25

Kasus First Travel Salah Siapa?

Halo kawan-kawan semua, bagaimana kabarnya hari ini?. Semoga sehat selalu ya. Kali ini saya akan mencoba memberikan argumen tentang kasus yang sedang hot di Indonesia yaitu tentang First Travel. 

Kenapa saya mencoba mengulasnya, karena menurut saya sebagai guru ini masuk dalam salah satu materi pelajaran sosiologi diantaranya pengakuan sosial. 

Sahabat sekalian kasus First Travel ini bermula dari dua pasangan sejoli yang mencoba mendaki hidup dari awalnya pas-pasan dan kini ingin menggapai puncak. Apakah tidak boleh seseorang berusaha keras agar menggapai kesuksesan di dunia?. 

Boleh saja, tidak ada yang salah. Setiap manusia berhak meniti karir, merubah nasib, memperbaiki diri. Akan tetapi salah satu masalah yang sering hinggap di masyarakat kita ini adalah bagaimana mengontrol AMBISI alias HAWA NAFSU.

First Travel pada dasarnya berniat baik, ingin membantu masyarakat untuk berangkat umroh dengan harga miring. Namun dibalik itu semua terselip ambisi pribadi sehingga niat membantu orang lain menjadi rusak. 

Coba lihat harta kekayaan yang bos First Travel miliki (saya tidak usah sebutkan). Bagaimana rasanya konsumen yang tertipu melihat gaya hidup pasangan yang sedang diazab Tuhan ini?. Gambar: disini
Inilah bahaya dari ambisi yang melampaui batas. Kalaupun pemilik First Travel ini baik, pasti ia tidak akan pamer harta kekayaan, jalan-jalan ke luar negeri di medsos. Ingat bahwa semakin anda kaya maka gaya hidup anda semakin sederhana. Bandingkan dengan Bill Gates dan Mark Zuckenberg misalnya.

Inilah salah satu penyakit sosial masyarakat Indonesia yang kini menghantui yaitu keserakahan. Hal ini sering saya jumpai pada orang yang dulunya miskin lalu mendadak kaya. 

Saya juga punya teman yang seperti itu. Dan ketika saya tanya, ia selalu menjawab dengan arogansi tinggi. Seolah-olah dialah yang berkuasa mengubah takdirnya dari miskin menjadi kaya, padahal ada campur tangan Allah didalamnya. 

Orang yang seperti ini banyak yang lupa diri sehingga pada suatu masa akan diputarbalikan oleh Allah karena lupa bersyukur.

Kasus First Travel juga nampaknya buah dari pengalaman masa lalu dimana pasangan sejoli tersebut sering dihina, dilecehkan dll sehingga ingin membalas dengan kesuksesan. Prinsipnya baik, kesuksesan adalah balasa dendam terbaik. 

Namun cara untuk membangun sebuah kesuksesannya yang sangat fatal. Saya tidak akan mengulas tentang metode Ponzi yang mereka gunakan dalam berbisnis umroh, karena saya memang tidak suka bisnis model ini. 

Model bisnis ini jelas sangat tidak cocok dan jangan dilakukan karena hanya menguntungkan orang paling atas dan merugikan orang paling bawah. CATAT!.

Kembali lagi, bahwa ambisi, hawa nafsu, keserakahan menjadi musuh besar manusia yang sejak zaman nabi pun diperingatkan. Al Quran pun berkat bahwa "dunia adalah perhiasan yang menipu". 

Ingat kawan, dunia ini hanya sementara dan janganlah sia-siakan kehidupan sementara ini untuk menghancurkan hidup orang lain pula. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi banyak orang lain disekitarnya. 

Uang bisa datang dan pergi namun sahabat, teman itulah yang memberikan kehidupan ini lebih berwarna. Jika anda dikenal orang banyak sebagai orang baik, banyak membantu, jujur maka sudah pasti anda akan dikenal sebagai orang kaya (kaya hati tentunya).

Kalau soal harta, tidak usah dipikirkan karena memang rezeki seseorang sudah diatur sesuai kadarnya masing-masing. 

Kita berdoa semoga masalah ini segera selesai dan para nasabah menerima kembali dana yang sudah disetorkan atau diberangkatkan umroh oleh agen lain yang lebih terpercaya. 

Sekali lagi di era sosialita saat ini marilah kita sama-sama mengendalikan ambisi, hawa nafsu serakah dalam diri. 

Karena itulah musuh terkuat manusia di dunia. Jika kita sudah dikuasi hawa nafsu maka kehidupan kita tinggal menunggu kehancuran saja.
Baca Juga
Post ADS 1

Yuk Sebarkan Artikel Ini

Yuk, berkomentar di blog ini!.
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close