Fenomena Banjir dan Dendam Kesumat Cebong Kampret - Guru Geografi
News Update
Loading...

Minggu, Januari 5

Fenomena Banjir dan Dendam Kesumat Cebong Kampret

Banjir lagi-lagi terjadi di ibukota dan sekitarnya, kali ini pas di awal mula tahun 2020. 

Jika tahun 2018 akhir dulu ada tsunami yang melanda Anyer maka tahun ini pun ada fenomena bencana alam yang melanda negeri ini. Lalu ada apa sebenarnya dengan Indonesia ini?.

Banjir pada dasarnya adalah fenomena biasa yang bisa terjadi di wilayah manapun di dunia. Bahkan kota sekelas Paris, Venesia pun dilanda banjir. 

Nah yang paling heboh dari banjir di Indonesia adalah fenomena setelah banjir itu sendiri yaitu gelombang nynyir bermotif dendam kesumat. 

Saya sudah prediksi bahwa akan terjadi seperti ini. Lalu saya mau ulas mana dulu nih?. Saya ulas geografi dulu deh, tapi singkat aja supaya netizen paham. Kalau mau lengkapnya banyak jurnal ilmiah tentang lika-liku banjir Jakarta.

Geografi Jabodetabek
Perlu diingat bahwa banjir bandang awal tahun 2020 ini terjadi bukan hanya di Jabodetabek tapi di Banten dan Jawa Barat bahkan di luar Jawa juga terjadi. Namun itulah Jawa seperti menjadi sentral nya Indonesia.

Wilayah Ibukota kita ini secara geografi terletak di daerah dataran rendah aluvial dan dialiri oleh belasan sungai yang berhulu di daerah Puncak dan sekitarnya. Ini artinya secara alami saja daerah Jakarta dan sekitarnya itu rawan banjir. 

Saya pernah baca salah satu artikel tentang sejarah Jakarta dari jaman kerajaan Tarumanegara kalau gak salah. Raja Tarumanegara kala itu sudah memerintahkan rakyatnya untuk mengantisipasi banjir dengan membangun saluran dari hulu ke hilir. Jadi udah dari jaman kerajaan juga dicoba guys untuk meminimalisir.

Nah lanjut ke era VOC, gubernur jenderal Belanda selama memerintah Batavia gak ada satu pun yang bisa menyelesaikan banjir Jakarta. Mata-mata Amerika dulu pernah ngasih saran ke VOC agar tidak memindahkan pemerintahan dari Ambon ke Batavia karena akan menyusahkan gubernur selanjutnya terkait banjir ini.

Jadi VOC udah sadar bahwa kondisi Batavia itu geografinya kompleks, beda dengan di Belanda sekalipun Amsterdam berada di bawah level permukaan laut. Tapi Jakarta lain lagi karena memiliki hulu sungai yang bervariasi dan rawan hujan ekstrem.

Jadi singkatnya Belanda kala itu membangun banjir kanal barat, nah era Sutiyoso ditambah bangun kanal timur untuk merekayasa aliran. Jadi kunci utama adalah merekayasa limpasan dari belasan sungai agar tidak sampai ke pemukiman.

 Menurut Bang Yos, hal ini hanya bisa dilakukan jika konsep megapolitan dilaksanakan karena Jabodetabek gak bisa diselesaikan dengan ego sektoral masing-masing. Kaya sekarang tiap pemimpin daerah sok punya ide sendiri jadinya runyem.

Jadi secara natural emang Jabodetabek adalah wilayah floodplain dan pasti banjir saat penghujan. Ada 3 tipe banjir Jakarta yaitu banjir rob karena pasang laut, banjir lokal karena hujan didaerah tersebut dan yang paling mengerikan adalah banjir bandang kiriman seperti awal tahun 2020. Banjir kiriman ini yang perlu penanganan lintas sektoral dan nampaknya pemerintah pusat yang perlu tegas mengatur semua ini.

Lalu partisipasi apa yang wajib kita lakukan?. Simple aja sebenarnya seperti buang sampah jangan sembarangan, bangun selokan yang baik di rumah, tanam pohon disekitar rumah. Tapi nampaknya kalau soal sampah kita masih primitif, liat saja sampah berserakan dimana-mana di sudut kota. Jadi kalau netizen mesa meso saat banjir sama aja ngeludahin muka sendiri. Tapi namanya orang kita ini kan sifatnya watados alias wajah tanpa dosa jadi nampaknya sulit dirubah  sifatnya. Orang korupsi aja gak malu apalagi cuma buang sampah sembarangan,,wkwkkw.
Banjir Jakarta Tidak Akan Terselesaikan Jika
Dendam Politik Cebong Kampret
Nah sekarang lanjur ke bagian paling seru pastinya soal dendam cebong dan kampret. Jadi banjir itu biasa-biasa aja, nah yang lebih luar biasa adalah banjir nyinyir dua kubu yang panas sejak 2017. Mungkin orang kita masih teringat judul film Dendam Nyi Blorong, Dendam Nyi Roro Kidul dan lainnya jadi terbawa ke kehidupan nyata.

Lihatlah setelah banjir terjadi langsung muncul postingan ada yang nyinyir pernyataan gubernur, presiden, ada yang bikin hoax, ada yang nyalah-nyalahin dan wah banyak lagi deh. Saya pikir fenomena sosial seperti ini mencerminkan bangsa kita tengah mengalami dekadensi moral dan lebih memilih menjadi bangsa pendendam daripada pencari solusi.

Ada yang bandingin Jakarta ma Amsterdam lah (wawasan geografinya cetek ini), ada yang posting banjir Jepang bersih, ada berita menteri anu nyalahin gubernur lah, ada berita presiden sidak bendungan lah dan macem-macem. Semuanya adalah omong kosong gak ada gunanya. 

Fenomena ini mulai terjadi sangat intens sejak kasus Ahok hingga kini. Jadi saat ini ada dua kutub ekstrim kanan dan kiri yang terus saling ejek tiap hari. Tapi enak banget ya Pa Gubernur, Ahok atau Presiden dosanya berkurang terus karena dijulid rakyatnya sendiri.

Dendam itu adalah sifat setan dan memang sudah pasti banjir Jabodetabek tidak akan ada solusi sampai kiamat pun kalau perilaku masyarakatnya tidak insaf nyinyir dan bermaksiat lingkungan. Pemimpin pun harus introspeksi dalam mengambil kebijakan agar masalah besar ini bisa tuntas. 

Tanpa sadar kita terus bermaksiat lingkungan dimana-mana. Coba dari jaman orba misalnya, kenapa gubernur dulu biarkan orang urban bangun rumah di bantaran sungai?. Sekarang kan susah mau digusur, alibinya kan udah diijinkan dari dulu juga!. Jadi rakyat dan pemimpin nya pun sama-sama bodoh.

Ini bukan soal kasihan atau tidak kasihan tapi lebih kasihan lagi kalau bencana terjadi kan?. Harta benda hilang bahkan nyawa juga. Itu semua karena kita sendiri yang bermaksiat kepada lingkungan. 

Saya sendiri pernah liat ke mesjid ada acara tablig akbar lalu udah beres, sampah berserakan di depan mesjid. Helo, apa gunanya tausiyah di mesjid kalau perilaku tetap gak berubah?. Saya sendiri muslim dan jengkel lihat hal seperti ini. Simple tapi inilah peradaban kita yang harus direnungkan.

Jadi balik lagi ke dendam politik saat banjir yang semakin panas. Pola seperti ini harus distop dan tidak boleh ada lagi bermunculan thread berita atau medsos yang mempertentangkan pemimpin sekarang atau sebelumnya. 

Yakin gak bakalan beres sampai kiamat juga, bahkan Tuhan pun mungkin sudah murka melihat kelakukan bangsa ini yang ribut terus soal politik dan kekuasaan. 

Dalam Quran pun sudah ditulis bahwa "telah nampak kerusakan di bumi karena ulah manusia itu sendiri". Jadi banjir itu kata Tuhan karena kita sendiri. Lingkaran dendam ini jika tidak dihapus bisa jadi Tuhan akan berikan bencana yang lebih besar dikemudian hari. Nauzubillah.

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close