Duh, Sampah Kotori Sungai di Majalengka - Guru Geografi
News Update
Loading...

Minggu, Juni 21

Duh, Sampah Kotori Sungai di Majalengka

Sungai pada dasarnya adalah anugerah Tuhan dan merupakan mitra hidup manusia. Akan tetapi saat ini sungai sudah tidak lagi menjadi mitra hidup melainkan objek eskploitasi oleh manusia. Seiring meningkatknya perkembangan teknologi, industri, produk ekonomi oleh manusia ternyata berbanding terbalik dengan etika lingkungan.

Sudah lebih dari 5 tahun saya menjadi warga Majalengka dan melihat degradasi sungai semakin masif terjadi. Jangankan wilayah hilir, wilayah hulu sungai pun sudah menjadi bak sampah. Inilah dampak dari "man ecological dominant" yang terjadi di negara kita.

Peradaban manusia ternyata mundur di tengah pesatnya zaman, kecanggihan teknologi, masifnya pembangunan infrastruktur dan lainnya. Manusia saat ini sudah kehilangan adab bahkan kepada lingkungan. Sungai dianugerahkan oleh Tuhan agar bisa menjadi mitra hidup manusia tapi balasan kita sebagai mahluk yang katanya paling "sempurna" sangat ironis.

Majalengka yang merupakan kota kecil dan sumber airnya berasal dari Ciremai sebenarnya harus menjadi kota bersih. Akan tetapi fakta dilapangan tidak demikian, manusia sudah lagi tidak punya rasa malu dan membuang sampah ke sungai kini menjadi sebuah kebiasaan.

Memang saat ini program yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah mereset mindset (pola pikir) manusia/penduduk tentang air terutama sungai. Sungai adalah mitra hidup dan kita harus menjaganya sebaik mungkin. Jika sungai dijadikan bak sampah maka tunggu beberapa tahun ke depan maka bencana akan segera tiba.
Sampah sungai di Majalengka
Memimpikan adipura kembali didapat Majalengka tentunya semakin jauh dari harapan jika melihat fakta seperti ini. Adipura pada dasarnya hanya simbol, akan tetapi hal terpenting adalah menanamkan pola pikir kepada masayarakat bahwa menjaga sungai adalah sebuah kewajiban. Kerakusan manusia yang Allah tuliskan dalam Al Quran memang benar adanya nampak dalam kehidupan saat ini. Semoga masyarakat cepat sadar, taubat bahwa mereka telah dzalim kepada sesama mahluk (air, tanah, batuan) dan segera merubah perilaku buruk terhadap lingkungan tersebut.

Pembangunan infrastruktur (fisik) harus dibarengi dengan pembangunan etika (adab) masyarakatnya agar hasilnya seimbang. Infrastruktur sehebat apapun jika manusianya tidak memiliki adab maka lambat laun akan rusak juga di kemudian hari. 

Karena saya guru geografi maka saya akan berikan sedikit pengetahun terkait sungai. Sungai itu secara struktural terdiri dari sungai bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir. Sungai bagian hulu biasanya berarus deras, lebar sempit dan banyak jeram. Sungai bagian tengah sudah mulai melebar, arus mulai menurun dan banyak meander. Sungai bagian hilir aliran air sudah melambat karena faktor topografi, banyak sedimentasi dan sungai melebar.

Jika kita sudah rajin buang sampah dari wilayah hulu maka lambat laun akan bergerak mengalir dan terendapkan di bagian hilir. Bagian hilir sungai  jika banyak mengendapkan sampah maka volumen debit air berkurang sehingga akan memicu banjir saat musim penghujan. Jadi itulah salah satu dampak kita sering buang sampah ke sungai dan perlu direnungkan kembali. Hidup berbalut keserakahan dan ketidakpedulian hanya mengundang bencana. Bisakah kita merubahnya?.

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close