4 Teori Perkembangan Bentuk Muka Bumi - Guru Geografi
News Update
Loading...

Jumat, Oktober 23

4 Teori Perkembangan Bentuk Muka Bumi

Permukaan bumi kita saat ini tersusun atas kerak bumi dan kerak samudera. Perkembangan bentuk bumi ini telah terjadi sejak bumi ini terbentuk 4,6 milyar tahun lalu.

Pada awalnya bumi ini adalah sebuah bola panas yang kemudian lambat laun mendingin sehingga permukaannya menjadi keras. 
 
Seiring waktu kombinasi antara gaya endogen dan gaya eksogen menghasilkan bentuk permukaan bumi yang bervariatif hingga saat ini.

Ada sejumlah teori yang diungkapkan para ilmuwan untuk menjelaskan mengenai perkembangan bentuk permukaan bumi. Teori-teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
 
 
A. Teori Pengkerutan
Teori ini menjelaskan bahwa bumi mengalami pendinginan dalam kurun waktu sangat lama dimana sebuah massa sangat panas bertemu dengan udara dingin sehingga mengakibatkan terjadinya pengkerutan.

Karena material yang berbeda maka pengerutan tidak sama antara satu lokasi dengan lokasi lain. Inilah mengapa ada daerah yang bertipe dataran tinggi, dataran rendah, cekungan dan lainnya.

Teori ini dikemukakan oleh James Dana dan Elie de Baumant. Analogi teori pengkerutan adalah seperti buah apel yang apabila didiamkan maka akan mengering dan kulitnya mengerut.

Teori ini banyak dikritik karena tidak mungkin penurunan suhu (pembentukan pegunungan dan lembah) berlangsung sangat drastis. Padahal kenyataannya, di dalam bumi masih terdapat unsur pijar dan lapisan bumi yang terus mengalami pergerakan.

B. Teori Laurasia-Gondwana 

Permukaan bumi selalu mengalami perubahan atau perkembangan. Perubahan dimaksud terus berlangsung hingga kini, ditunjukkan dengan adanya pergerakan/pergeseran daratan (benua). 

Jika dilihat pada sejarah masa lalu sebenarnya benua-benua di permukaan bumi ini pernah berkumpul serta menyatu menjadi dua benua besar (supercontinent) yang oleh Edward Suess diberi nama Laurasia (di bagian utara) dan Gondwana Land (di bagian selatan). Kedua benua raksasa itu dipisahkan samudera Tethys.
 
Benua besar tersebut dalam perkembangannya kemudian pecah dan memisah saling menjauh, sesuai arah pergerakannya masing-masing. Pada akhirnya, terbentuk kondisi yang ada pada saat ini, yaitu adanya Benua Amerika (Utara dan Selatan), Eropa, Asia, Afrika, dan Australia. Proses pergeseran benua akan terus berlangsung hingga seterusnya.
 
Benua Laurasia dan Gondwana

C. Teori Apungan Benua
Pada tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep pengapungan benua (continental drift) dalam karya berjudul The Origin of Continents and Oceans. 
 
Hipotesa Wegener ialah adanya satu benua besar (super continent) yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan).
 
Selanjutnya, sekitar 200 juta tahun yang lalu superbenua Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini. 

Akan tetapi penyebab pergerakan benua ini belum diketahui oleh Wegener.
 
Teori apungan benua Wegener

D. Teori Lempeng Tektonik
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah dimana aktivitas geologis umumnya terjadi, seperti gempa bumi serta pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. 
 
Mayoritas gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas. 
 
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.

Terdapat tiga batas lempeng yang bergerak relatif terhadap lempeng satu sama lain. Fenomena yang muncul di tiga batas lempeng tektonik ini berbeda.
3 batas lempeng tektonik
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) atau pun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar Semangko di Sumatera.
 
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen. Batas divergen terkenal adalah Mid Atlantic Ridge.

3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. 
 
Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, dimana potongan lempeng yang terhujam banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh batas konvergen adalah Indonesia bagian selatan yang merupakan subduksi Indo-Australia dan Eurasia.
 
Berikut ini sebaran lempeng tektonik di dunia. Lempeng utama disebut lemepng mayor dan lemepng-lempeng yang relatif kecil disebut lempeng minor.
 
Peta lempeng tektonik

Share with your friends

1 komentar

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close