Bahaya Mengintai Wisata Air Sungai, Danau dan Pantai - Guru Geografi
News Update
Loading...

Minggu, Mei 8

Bahaya Mengintai Wisata Air Sungai, Danau dan Pantai

Wisata adalah kegiatan yang seharusnya menyenangkan dan membuat hati gembira, akan tetapi kegiatan wisata bisa menjadi bencana jika tidak ada manajemen yang baik dari pengelola dan wisatawan itu sendiri.

Contoh kasus dalam hal ini adalah wisata yang berkaitan dengan air seperti sungai, danau, air terjuan dan pantai. Pada libur lebaran sudah pasti objek wisata tadi akan penuh sesak wisatawan dan menyebabkan kepadatan.

Selain itu dampak buruknya adalah kejadian meninggalnya wisatawan akibat terseret arus pantai, banjir bandang sungai, atau di air terjun.

Pada momen liburan kali ini saja pasti ada kejadian tersebut seperti banjir bandang di Citengah Sumedang, wisatawan di Pangandaran dan lainnya terseret arus, anak tenggelam di curug dan lainnya.

Mengapa tragedi di tempat wisata air ini selalu terjadi dari tahun ke tahun?. Hal ini tentu karena kebodohan wisatawan (yang utama) dan lemahnya mitigasi pengelola objek wisata.

Memang saat libur hari raya, objek wisata akan membludak dipadari wisatawan sehingga personil pengelola pun akan kesulitan mengatur kegiatan wisatawan terutama di pantai yang luas.

Maka dalam hal ini kesadaran pelaku wisata adalah yang utama. Seperti misal ada berita anak tenggelam di Grand Canyon Karawang. Ini murni acuhnya wisatawan terhadap bahaya arus sungai disamping manajemen wisata yang tidak memantau debit air dari hulu.

Curug atau air terjun memiliki kolam arus tinggi di bawahnya dan kita akan sulit keluar jika sudah tenggelam ke dalam. Jadi masyarakat kita seolah main-main dengan fenomena ganas.

Buruknya manajemen wisata masih menjadi masalah di negara berkembang. Membangun objek wisata di badan air alami memiliki dampak resiko yang perlu diantisipasi oleh pengelola.

Misalnya membangun resort di sisi sungai maka harus dipahami bahwa suatu saat hujan deras bisa tiba-tiiba turun di hulu dan dampaknya adalah air bah akan menerjang lokasi. Ini seperti kejadian di Citengah yang menghanyutkan satu anak.

Tidak ada koordinasi pengelola wisata sungai dengan BMKG dan diteruskan ke pengujung. Sementara itu air bah menerjang sungai sangat cepat hingga meluap dan merusak. Wilayah hulu memiliki kecepatan aliran tinggi karena kontur yang lebih terjal.
Wisata sungai memiliki resiko tinggi
Jangan sampai keceriaan berakhir duka di hari raya. Masyarakat juga seolah masih menyepelekan terhadap air. Di pantai saja misalnya banyak yang berenang sampai batas berbahaya. Ingat bahwa arus balik laut itu lebih kencang dan menarik tubuh manusia karena kelerengan pantai (rip current).

Apakah masyarakat kita tidak lulus geografi ketika di sekolah?. Ya ini kan seperti cambuk bagi pendidikan kita. Menanamkan pengetahuan dan kesadaran pada masyarakat negara berkembang sangat berat.

Memang takdir tidak bisa dilawan, tapi ada pengetahuan yang bisa kida pelajari untuk meminimalisir terjadinya bencana. Kejadian tenggelamnya anak di curug, di danau, di pantai sebenarnya bisa dihindari jika manusia sadar akan kekuatan alam.

Salah satu misi pendidikan geografi salah satunya adalah menanamkan kesadaran akan kekuatan alam khususnya badan air sehingga kita memiliki kehati-hatian saat berkunjung ke lokasi-lokasi tersebut.

Gambar: Republika

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close