Fenomena Antroposfer Kekinian: Anti Natalitas di Negara Sekuler - Guru Geografi
News Update
Loading...

Kamis, Januari 19

Fenomena Antroposfer Kekinian: Anti Natalitas di Negara Sekuler


Berita headline beberapa bulan ke belakang ini dihebohkan dengan fenomena resesi hubungan coitus di negara-negara sekuler seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman dan lainnya.

Hal ini tentu akan memicu terjadinya anti-natalitas dan menurunkan angka pertumbuhan penduduk suatu negara. Lantas mengapa hal ini bisa terjadi dan apakah Indonesia akan mengalami hal serupa?.

Fenomena kependudukan resesi seks mengancam populasi suatu negara karena lambat laun jumlah penduduk akan merosot drastis dan piramida penduduk akan lebih menuju tipe konstruktif.

Penduduk usia lanjut akan mendominasi sementar jumlah penduduk usia muda produktif semakin berkurang, sementara itu pembangunan negara terus berlanjut. Berikut ini faktor terjadinya resesi pernikahan di negara sekuler:

1. Finansial
Faktor keuangan alias finansial adalah faktor utama yang memicu resesi seks karena saat ini harga kebutuhan semakin melonjak, apalagi setelah Covid 19. Masyarakat di negara-negara sekuler cenderung lebih memilih sendiri karena biaya hidup tentu akan jauh lebih hemat dibanding jika berkeluarga.

Beban ekonomi pendidikan anak, susu, baju dan lainnya terasa berat sehingga memutuskan untuk tidak menambah beban di saat berkeluarga.

2. Malas Menikah
Rutinitas yang padat membuat orang semakin malas menikah. Kalaupun ingin melampiaskan hawa nafsu biologis maka bisa dilakukan dengan pacar atau tanpa ikatan perkawinan. Mereka bebas untuk menggunakan jasa PSK misalnya sebagai alternatif. Dengan begitu tidak ada beban setelah melakukan hubungan karena sifatnya hanya transaksional sementara.

3. Pandemi Covid
Pandemi covid membuat orang sekarang maki berfikir untuk membangun keluarga. Biaya kesehatan dirasa semakin mahal sehingga jika punya anggota keluarga baru maka akan menambah beban pengeluaran obat jika sakit. Apalagi kita tidak tahu di masa depan akan ada pandemi apa lagi.

4. Anak adalah beban
Memiliki anak membuat kepala keluarga harus menanggung beban kebutuhan mereka. Hal ini yang menjadi pemikiran kaum sekuler. Memutuskan tidak memiliki anak dan tidak menikah adalah jalan hidup orang di era seperti sekarang.

5. Gender
Persepi orang terkait gender membuat manusia semakin pelik. Di negara sekuler wanita dianggap sebagai orang yang pekerjaan utamanya adalah di rumah karena ini adalah fitrah gender. Dalam Islam pun demikian bahwa laki-laki dan wanita itu fitrahnya berbeda, penciptaannya pun berbeda.

Hal ini yang ditentang kaum liberal yang menyatakan bahwa perempuan setara dengan wanita dalam segala hal. Jadilah perempuan yang berkarier sudah mapan enggan untuk melepaskan kegiatannya dan terjun ke dunia rumah tangga. Mereka sudah bisa punya uang sendiri sehingga bebas melakukan apapun.

Bahkan lahirnya kaum LGBT pun sekarang karena pengaruh asas liberalisme yang terlalu menggaungkan hak asasi manusia namun mereka menanggalkan fitrah penciptaan manusia dan perintah Allah.

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close