Teori-Teori Evolusi Pra-Darwin [Kreasionisme, Katastropisme, Gradualisme, Unifromitarianisme, Lamarck] - Guru Geografi
News Update
Loading...

Selasa, April 11

Teori-Teori Evolusi Pra-Darwin [Kreasionisme, Katastropisme, Gradualisme, Unifromitarianisme, Lamarck]

Sebelum hipotesa teori evolusi kimia dan evolusi biologi ditemukan, sudah banyak ahli botanical dan biologi berpendapat mengenai evolusi yang mengakibatkan terbentuknya biodiversitasi di planet bumi.

Beberapa teori evolusi yang lahir sebelum teori Darwin adalah kreasionisme, katastropisme, gradualisme, uniformitarianisme dan teori Lamarck.

1. Teori Kreasionisme
Teori kreasionisme adalah sebuah teori mengenai penciptaan yang terjadi dalam sekali waktu kehidupan sekaligus lengkap kemudian selesai begitu saja dan tidak ada lagi evolusi atau perubahan fisiologis. Paham kreasionisme ini dianut berdasarkan keyakinan agama dan juga keterangan Aristoteles.

Teori kresionisme dianggap tidak valid karena pada faktanya banyak spesies yang hidupnya tidak sekaligus ada pada satu zaman. Contohnya masa hidup dinosaurus tidak bersamaan dengan masa hidup manusia. Dinosaurus lebih awal muncul, kemudian jenis hewan burung adalah tipe pendatang alias baru dibandingkan mahluk seperti trilobite dan ammonite.
Fosil Amonite
2. Teori Katastropisme
Teori Katastropisme adalah paham tentang keanekaragaman mahluk hidup dihasilkan oleh nenek moyang yang umum dan muncul atau punahnya mahluk hidup disebabkan bencana alam. Teori ini dikemukakan oleh George Cuvier, seorang paleontologi (ahli fosil).

Teori katastropisme adalah teori yang mengemukakan bahwa perubahan besar dalam kehidupan di Bumi terjadi akibat dari peristiwa bencana atau bencana alam yang sangat besar dan mendadak, seperti tabrakan asteroid atau ledakan gunung berapi. Teori ini berbeda dengan teori evolusi yang menjelaskan perubahan kehidupan secara bertahap melalui seleksi alam.

Menurut teori katastropisme, peristiwa bencana tersebut menyebabkan kepunahan besar-besaran spesies tertentu dan membuka peluang bagi spesies lain untuk berevolusi dan berkembang. Teori ini didukung oleh bukti-bukti fosil dan geologis, yang menunjukkan adanya kepunahan besar-besaran spesies di masa lalu yang diikuti oleh kemunculan spesies baru.

Namun, teori katastropisme juga kontroversial karena tidak semua perubahan besar dalam kehidupan di Bumi dapat dijelaskan dengan peristiwa bencana alam yang besar dan mendadak. Beberapa perubahan besar dapat terjadi akibat faktor-faktor lain seperti perubahan iklim, seleksi alam, dan interaksi antara spesies. Oleh karena itu, teori katastropisme masih menjadi topik yang diperdebatkan di kalangan ilmuwan.

3. Teori Gradualisme
Teori gradualisme James Hutton adalah teori geologi yang dikembangkan oleh ahli geologi Skotlandia bernama James Hutton pada abad ke-18. Teori ini menyatakan bahwa perubahan geologi terjadi secara perlahan-lahan melalui proses alami yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat panjang. Menurut Hutton, batuan-batuan dan lapisan-lapisan geologi terbentuk melalui proses yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Hutton percaya bahwa proses-proses seperti erosi, pengendapan, pemadatan, dan metamorfosis terjadi secara konstan dan berkelanjutan di alam, dan bahwa perubahan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang. Ia menekankan pentingnya pemahaman terhadap sejarah geologi Bumi dalam skala waktu yang sangat panjang untuk memahami geologi secara keseluruhan.

Teori gradualisme James Hutton menjadi dasar bagi pengembangan teori evolusi oleh Charles Darwin, karena teori ini menyatakan bahwa perubahan biologi juga terjadi secara perlahan-lahan melalui proses seleksi alam yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat panjang.

4. Teori Uniformitarianisme
Teori uniformitarianisme adalah teori geologi yang menyatakan bahwa proses alam yang terjadi di Bumi saat ini merupakan hasil dari proses yang sama yang terjadi di masa lalu dan akan terus terjadi di masa depan. Teori ini menunjukkan bahwa kondisi geologi saat ini merupakan hasil dari proses yang berlangsung secara lambat dan terus-menerus selama jutaan tahun.

Istilah uniformitarianisme pertama kali digunakan oleh ahli geologi Skotlandia bernama James Hutton dan kemudian dikembangkan oleh ahli geologi lainnya seperti Charles Lyell. Teori ini menolak pandangan kuno yang mengatakan bahwa perubahan geologi disebabkan oleh bencana alam seperti banjir besar atau gempa bumi, dan menekankan pentingnya pengamatan langsung terhadap proses alam yang berlangsung saat ini untuk memahami perubahan geologi secara keseluruhan.

Teori uniformitarianisme juga berimplikasi pada teori evolusi, karena teori ini menunjukkan bahwa proses seleksi alam yang terjadi saat ini juga berlaku untuk masa lalu dan akan terus berlaku di masa depan. Teori ini menjadi dasar bagi ilmu geologi modern dan memungkinkan para ilmuwan untuk memahami sejarah geologi Bumi secara lebih baik.

5. Teori Lamarck
Teori genetika Lamarck adalah teori yang dikemukakan oleh ahli biologi Prancis bernama Jean-Baptiste Lamarck pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Teori ini menyatakan bahwa perubahan dalam organisme terjadi karena penggunaan atau ketidakgunaan suatu bagian tubuh dan perubahan tersebut dapat diturunkan kepada keturunannya.

Menurut Lamarck, organisme yang menggunakan suatu bagian tubuh secara terus-menerus akan mengembangkan bagian tubuh tersebut menjadi lebih baik, sementara organisme yang tidak menggunakan suatu bagian tubuh akan mengalami penurunan fungsi atau bahkan hilang. Perubahan ini akan diturunkan kepada keturunan organisme tersebut, sehingga populasi organisme akan berevolusi secara bertahap.

Teori genetika Lamarck kemudian menjadi kontroversial dan ditolak oleh ilmuwan lainnya karena tidak dapat didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang kuat. Teori ini tidak dapat menjelaskan bagaimana informasi genetik dapat ditransmisikan ke keturunan, serta tidak dapat menjelaskan bahwa tidak semua perubahan yang terjadi dalam organisme dapat diwariskan ke keturunan.

Namun, konsep penting yang diperkenalkan oleh Lamarck, yaitu bahwa organisme berevolusi sebagai respons terhadap lingkungannya, masih tetap berlaku dalam teori evolusi modern. Selain itu, beberapa penemuan baru seperti epigenetika menunjukkan bahwa lingkungan dan faktor non-genetik dapat memengaruhi ekspresi gen dan turut berkontribusi pada evolusi.

Share with your friends

Yuk, berkomentar di blog ini!.

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close