Nasib Lulusan Fakultas Keguruan Di Ujung Nestapa - Guru Geografi
News Update
Loading...

Jumat, Juli 23

Nasib Lulusan Fakultas Keguruan Di Ujung Nestapa

Hmm, judulnya provokatif banget ya teman-teman tapi menurut saya sih perlu dicermati dengan seksama juga biar jadi pandangan para calon mahasiswa. Tulisan ini hanya pendapat saya pribadi yang sudah menjadi guru selama 10 tahun lebih.
 
Kalian boleh sependapat atau engga ya, ini hanya sebuah tulisan bukan doktrin yang perlu diikuti. Diskusi boleh asal dengan kepala dingin bukan emosi, kalau emosi berarti setan yang menguasai anda. Jadi langsung ke konten ini ya. Ehem, jadi pemirsa tahun ini kan pemerintah menggulirkan program PPPK untuk guru dan tenaga honorer.
 
Nah, PPPK (Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja) itu kan penggantinya PNS, jadi sekarang itu semu guru akan diarahkan ke sana. Coba saja cek di SSCKN gak ada formasi CPNS guru, ada sih tapi sedikitttttttttttttttt banget di beberapa instansi. Tahun depan mungkin udah blas menghilang.

Bagi saya PPPK ini adalah "outsorcing berkedok abdi negara", ya karena sistemnya kan kontrak. Coba saja anda baca lagi. Kalau gak salah kontrak setahun terus lima tahun terus disambung lagi dan seterusnya. Itu juga kalau kontraknya diperpanjang, kalau enggak?. Profesi keguruan kini sudah masuk era kapitalis tulen gan.

Bayangin coba nanti dalam sekolah negeri itu ada dua aliran, guru PNS dan guru PPPK. Nah ini pasti akan ada gap dikotomi yang sadar atau gak sadar akan tercipta. Saya heran apakah memang pemerintah sudah kehabisan akal untuk mensejahterakan guru-guru di Indonesia sesuai UU yang berlaku.

Profesi keguruan kini memang dirasa semakin suram dan saya kira fakultas keguruan juga mending tutup saja lah. Lulus kuliah keguruan dengan bekal teori-teori dan praktik lapangan kemudian setelah itu ngajar di kampung dibayar seadanya (saya dulu pernah 100 ribu per bulan), lalu mau diapakan muka lulusan Keguruan?.

Apakah ada sekolah yang membayar gaji tinggi?. Ada tapi itu sekolah yang tipe kapitalis dan hanya dijumpai di kota besar dan itupun jumlah secuil saja dari populasi sekolah di Indonesia. Tidak akan sebanding jumlah lulusan dengan daya tampung sekolah yang menerima.
 
Nasib lulusan fakultas keguruan

Belum lagi kini lulusan non guru bisa jadi guru karena dianggap lebih cakap dibanding lulusan keguruan. Sementara lulusan keguruan tidak bisa melamar di instansi lain, kan gaje namanya. 
 
Jadi FKIP itu jadikan prodi murni saja, ntar kalau mau jadi guru bisa ambil lisensi di kuliah PPG dan yang gak mau jadi guru bisa apply pekerjaan ke lembaga lain ka enak ya. Jadi kesannya sekarang FKIP itu ekslusif tapi muaranya malah tidak menjanjikan sama sekali di pasar karena proyeksi pekerjaan dan penghasilannya tidak seksi.
 
Jadi balik lagi ke PPPK, ini menjadi satu hal yang memang di satu sisi mungkin bisa memperbaiki taraf kesejahteraan guru tapi dalam hal lain menjadi kemunduran terhadap perlindungan profesi guru. Saya sendiri jujur saja gak akan memasukan anak saya di sekolah keguruan kalau di Indonesia, kecuali di luar negeri sih masih dipertimbangkan.

Pernah dulu saya ketemu guru dari Malaysia di Bandung, berbincang tentang sistem perekrutan guru di sana yang jauh berbeda dengan di kita. Disana itu alurnya jelas dan gajinya pun luar biasa penuh dengan penghormatan. Disini kuliah guru makin mahal tapi nanti tetap harus saingan lagi tes-tesan yang belum tentu lulus juga.

Teman-teman saya yang sudah lebih 10 tahun ngajar juga masih ada yang dibayar 300 ribuan per bulan. Kan ada sertifikasi juga kok?. Yaelah kalau guru newbie belum tahu ya kalau sertifikasi itu alurnya lama. Anda harus ngabdi dulu minimal 5 tahun, habis itu daftar dapodik, tes UKG, kalau hoki baru kepanggil PPPG, terus harus lulus PPGnya juga kalau gak lulus ya wasalam repot bukan main.

Belum lagi jadwal cairnya tunjangan profesi juga gak tentu, saya saja seringnya di ujung. Saya tentunya bersyukur karena dulu pas masih jadi guru honor langsung searching ke warnet begadang, dan lihat-lihat di jobstreet lentang loker guru sekolah yang bagus di kota besar.

Alhamdulillah bisa tes dan masuk, meski saingan berat se Indonesia. Karena saya memang tipe orang yang gak mau keahlian profesional saya dibayar tidak wajar. Kan guru harusnya ikhlas?. Itu mah lain soal ya gan, kita itu lulusan profesional ada UU nya diatur, hak-haknya juga ada dan kewajibannya . Jadi dibayar layak itu adalah hak guru, wajib anda dapatkan sesuai ketentuan.
 
Saya masih ingat dulu bapak saya kan PNS guru, nah tahun 2000an atau berapa gitu ada demo besar guru PNS menuntut kesejahteraan di gedung DPR se Indonesia (coba cek rekam jejak beritanya pasti ada). Akhirnya baru ada perubahan kesejahteraan, bayangin duit negara jaman orba tu habis blas masuk kas Cendana semua kayaknya, guru mah boro-boro dipikirin.
 
Nah sekarang gimana nih, apakah akan ada gelombang serupa?. Tapi sekarang ini guru-guru Indonesia itu memang guru yang sangat tangguh dan baik hati. Meski dibayar seadanya tapi masih tetap tidak melakukan demo besar. Atau belum aja kali ya?. Kita lihat nanti pas PPPK udah bergulir, apakah akan ada kerancuan atau hal lain yang terjadi.

Jadi sekarang ini seolah guru itu berada di posisi paling bawah urutan profesi dengan proyeksi kesejahteraan yang menjanjikan. Masih mau jadi guru?. Bacanya jangan terlalu serius ya, sambil ngopi minum teh saja. Namanya juga opini, di negara demokrasi kan dilindungi. Tapi kalau opini macam gini saja dibungkam dan dianggap nyinyir doang, ya cuma ada satu kata, Lawan!.

Share with your friends

1 komentar

  1. Saya setuju dengan tulisan anda. Saya juga menyayangkan hal ini. Padahal semua profesi itu berkat jasa seorang guru, tapi profesi guru malah dibingungkan oleh sistem demokrasi. Semua guru diminta profesional dengan ikut PPG, namun PPG sendiri diatur oleh pemerintah yang gak jelas kapan buka nya..

    BalasHapus

Maaf, komentar spam, link, ujaran kebencian tidak akan dipublish.

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done
close